Rabu, 02 Maret 2022

Kepala Burung; Siapa Yang Punya

Catatan wisata alay ala rengkampong Ani Paga 

 Jalan-jalan ke Raja Ampat belumlah lengkap jika anda tidak menyempatkan diri menikmati hutan Papua yang sejuk, menyajikan udara super segar di Kepala Burung itu. Gemercik air mengalir ditemani kicauan aneka burung mampu melepaskan semua kepenatan anda setelah bertarung dengan aktifitas harian terutama bagi anda yang menjadi penghuni kota super sibuk seperti Jakarta. 

 Dari Jakarta, anda nggak Perlu susah pake mikir menggunakan armada transportasi apa menembus pulau Burung itu. Bandara termegah ; Domine Eduard Osok Airport Sorong yang didukung run way sepanjang 2.060 meter serta lebar 45 meter itu akan siap menyambut anda dengan ramah. Bandara ini menjadi meeting point bagi saya dan teman-teman yang mengikuti tour Sorong dan Raja Ampat. Sebelumnya saya diundang pihak terkait menjelajah semenanjung kepala Burung itu. Saya mah paling doyan menikmati burung🤣🤣🤣 ( pengamatan burung hutan maksudku. Awas kalau punya asumsi yang berbeda hehehehe). 

 Dari bandara itu rombongan kami digiring menuju kawasan hutan seluas 945,9 hektar di Taman Wisata Alam Sorong yang berjarak 14 km dari kota. Taman Wisata Alam yang kini dikelolah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (USDA) itu dibangun tahun 1981. Aktifitas wisata yang disajikan di sini beragam. Selain mengamati tingkah pola para Burung, kamipun menikmati aneka flora dan fauna yang sangat beragam dan menarik. Sang burung sepertinya paham kalau wisatawan yang hadir merupakan pencinta burung termasuk aku tentunya. 

Paduan nada dan kemolekannya itu loh yang bikin aku wow excited pada species itu. Beberapa jenis reptilepun hadir di sini tapi dijamin cukup ramah koq. Dari 30 total jenis reptile 34 persennya tersebar di Papua Barat. Wow 😲😲😲😍😍😍. Aktifitas river trekkingpun bisa dilakukan di sini. Nggak percaya? Sini bareng tante eh salah bareng kak Ani hehehehe. Amati burung ya. Bersedia kan? Hehehehe. Ekologi, wisata dan budaya menjadi daya tarik utama di kawasan ini. Beberapa pohon diikat tali merah oleh penduduk local sebagai rambu agar pohon jenis itu tidak boleh ditebang. Hmmm kearifan lokal dan peradaban orang Papua sangat tinggi. 

Jangan pernah anggap remeh orang Papua. Bahkan untuk menangkap ikan saja tidak boleh memburu ikan yang besarnya melebihi ukuran tiga jari. Peraturan adatnya sejak dahulu kala sudah menetapkan demikian. Keren kan orang Papua?. Yang menarik di sini juga terdapat Rumah Herbarium Anggrek yang digunakan sebagai atraksi wisata education; invetarisasi beragam jenis anggrek di Papua Barat. Tak tanggung-tanggung 90 jenis anggrek menampilkan keindahan tubuhnya di Taman Wisata Alam Sorong. 

Moyorium adalah satu jenis anggrek yang namanya diambil dari bahasa setempat. Kelompok Tani Hutan juga siap menghadang anda yang berniat mencuri flora, fauna bahkan menebang pohon di area ini. Awalnya di antara mereka merupakan pemburu liar yang kemudian melebur menjadi pengawas hutan. Tentu saja sebelumnya mereka diberi pelatihan khusus dalam pengawasan hutan. Pada jaman dahulu penduduk lokal membuat jalur air secara vertical.

 Oh ya, di sini terdapat madu yang sangat enak dan bermanfaat bagi kesehatan. Harmoni alam di sini sangat kuat membentuk simbiotik mutualisme. Pohon dan kayu menjadi papan pelindung kehidupan manusia Papua, buahnya menjadi pangan dan seratnya menjadi sandang. Coba kurang apa lagi. Peradaban orang Papua sekali lagi sangat tinggi sejak tempo doeloe. Di sini juga terdapat hutan perempuan yang dirawat kaum perempuan secara turun temurun. 

Konon, kabarnya ketika lelaki memasuki hutan mendapat sanksi berupa bayar denda adat. Para mama biasanya mencari kepiting di area ini. Papua Barat merupakan hutan mangrove terluas di Indonesia yang juga berfungsi sebagai rumah para burung, ikan, using, kepiting serta jenis reptil juga aneka flora. Menariknya jalan-jalan di sini para wisatawan diajak menanam kembali pohon-pohon. 

 Dari Sorong wisatawan diajak berlayar menuju Raja Ampat. Hamparan pulau-pulau cantik seakan sengaja berderet menyambut wisatawan. Konon, katanya jaman dahulu orang Papua menggunakan panah dalam berperang. Anak-anak panah yang jatuh ke laut itu menjelma menjadi pulau-pulau cantik yang berdiri ramah di utara Kepala Burung pulau Papua itu. 600 jenis terumbu karang terdapat di sini, 57 jenis udang tersaji di kawasan ini, 1320 species ikan memenuhi surga wisata laut ini. Semuanya menjadi situs fantastis bagi penyelam dunia. Komunitas penjaga lautpun siaga di sini. Hari minggu dilarang melaut. "Kamu Orang makan Bukan hanya untuk hari ini saja, tetapi untuk kamu punya anak cucu di masa depan" Demikian pesan kepala suku.

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...