Kamis, 08 Desember 2022

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebotol tuak sebagai ucapan selamat datang atau dalam bahasa Manggarai disebut dengan istilah tuak Ris. Kata Ris dalam bahasa Manggarai Flores diterjemahkan sebagai ucapan selamat datang pada setiap tamu yang hadir. Tuak atau beer selalu memainkan peran penting; menjadi media dalam setiap ritual adat Manggarai seperti acara syukuran kelahiran sang bayi, melamar seorang gadis, upaya perdamaian dua kubu yang tengah bertikai, hingga ritual kematian. Jaman dahulu kala bahkan tuak menjadi alat pembayaran yang sah dalam proses jual beli lahan pertanian. Tuak Ris juga selalu mendapat respond baik dari tamu yang hadir. Tuak atau beer yang disajikan dalam shot glass kemudian dihidangkan pada setiap tamu pria yang hadir untuk dinikmati bersama. Saya teringat masa kecil saya di Manggarai Timur ritual Cear Cumpe diselenggarakan setelah lima hari kelahiran sang bayi. cear : bongkar, cumpe : tempat tidur ibu dan bayi yang baru lahir.
Cumpe yang biasanya merupakan kamar tidur kecil itu ditempatkan pada jarak yang paling dekat dengan Sapo (perapian tempat memasak makanan). Cumpe hanya berdinding tikar dan beberapa kain lainnya. Konon, perapian itu bisa menghangatkan ibu dan bayi agar terhindar dari hawa dingin. Uniknya, kendati dekat perapian kondisi kesehatan sang ibu dan bayi tetap sehat walafiat bahkan luput dari serangan bakteri jahat. Salah satu suku yang berdiam di Manggarai Timur Flores bahkan menerapkan satu peraturan sebelum cear cumpe berlangsung salahsatu personil yang ditugaskan mengelolah masakan khusus bagi ibu melahirkan dilarang bertegursapa dengan semua orang yang dijumpainya saat mengelolah masakan bagi sang ibu kandung bayi, mengambil air pada sumber mata air hingga kembali ke rumah. Aturan ini berlaku selama lima hari sampai pada pelaksanaan acara Cear Cumpe. Bambu panjang yang digunakan sebagai media tampung air pengganti ember ditutupi daun 🍃untuk menandakan jika dirinya merupakan personil yang ditugaskan untuk meng-handle kebutuhan makanan atau mengolah masakan bagi ibu bayi .
Pada hari kelima tempat tidur ibu dan bayi itu dibongkar kemudian mereka dipindahkan ke kamar tidur utama. Cear : bongkar, cumpe : tempat tidur sang ibu dan bayinya dekat perapian atau dalam bahasa Manggarai disebut Sapo. Biasanya lima nama dipersiapkandipersiapkan bagi sang bayi. Nama pertama disiapkan orang tua kandung sang bayi, kedua diberi nama pihak kakek, nenek dari garis keturunan ayah bayi, nama ketiga disumbang oleh pihak anak rona (garis keturunan ibu bayi), nama keempat diberikan pihak anak Wina (keluarga saudara perempuan yang telah menikah) dan seorang petinggi kampung yang mewakili seluruh warga kampung atau dalam bahasa Manggarai disebut ase kae pa'ang olo ngaung musi. Kelima orang itu serta tamu undangan yang ikut menyaksikan acara cear Cumpe menyerahkan lembaran uang Rupiah sebagai bentuk dukungan doa bagi perjalanan hidup bayi itu. Lantunan doa dalam adat Manggaraipun dipanjatkan. Isi doa biasanya berupa permohonan agar masa depan anak itu cerah, terhindar dari malapetaka serta bisa bermanfaat bagi masyarakat umum. Seekor ayam 🐔🐓jantan putihpun disembelih kemudian darah ayam tersebut dioleskan pada kaki sang bayi. Sementara beberapa bagian potongan daging ayam seperti hati dan sayatan daging tebalnya dipanggang kemudian menjadi menu sesajen bagi arwah leluhur. Lokasi pengambilan gambar : kampung Ruteng Pu'u di kota Ruteng FloresFlores.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...