Kamis, 08 Desember 2022

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebotol tuak sebagai ucapan selamat datang atau dalam bahasa Manggarai disebut dengan istilah tuak Ris. Kata Ris dalam bahasa Manggarai Flores diterjemahkan sebagai ucapan selamat datang pada setiap tamu yang hadir. Tuak atau beer selalu memainkan peran penting; menjadi media dalam setiap ritual adat Manggarai seperti acara syukuran kelahiran sang bayi, melamar seorang gadis, upaya perdamaian dua kubu yang tengah bertikai, hingga ritual kematian. Jaman dahulu kala bahkan tuak menjadi alat pembayaran yang sah dalam proses jual beli lahan pertanian. Tuak Ris juga selalu mendapat respond baik dari tamu yang hadir. Tuak atau beer yang disajikan dalam shot glass kemudian dihidangkan pada setiap tamu pria yang hadir untuk dinikmati bersama. Saya teringat masa kecil saya di Manggarai Timur ritual Cear Cumpe diselenggarakan setelah lima hari kelahiran sang bayi. cear : bongkar, cumpe : tempat tidur ibu dan bayi yang baru lahir.
Cumpe yang biasanya merupakan kamar tidur kecil itu ditempatkan pada jarak yang paling dekat dengan Sapo (perapian tempat memasak makanan). Cumpe hanya berdinding tikar dan beberapa kain lainnya. Konon, perapian itu bisa menghangatkan ibu dan bayi agar terhindar dari hawa dingin. Uniknya, kendati dekat perapian kondisi kesehatan sang ibu dan bayi tetap sehat walafiat bahkan luput dari serangan bakteri jahat. Salah satu suku yang berdiam di Manggarai Timur Flores bahkan menerapkan satu peraturan sebelum cear cumpe berlangsung salahsatu personil yang ditugaskan mengelolah masakan khusus bagi ibu melahirkan dilarang bertegursapa dengan semua orang yang dijumpainya saat mengelolah masakan bagi sang ibu kandung bayi, mengambil air pada sumber mata air hingga kembali ke rumah. Aturan ini berlaku selama lima hari sampai pada pelaksanaan acara Cear Cumpe. Bambu panjang yang digunakan sebagai media tampung air pengganti ember ditutupi daun 🍃untuk menandakan jika dirinya merupakan personil yang ditugaskan untuk meng-handle kebutuhan makanan atau mengolah masakan bagi ibu bayi .
Pada hari kelima tempat tidur ibu dan bayi itu dibongkar kemudian mereka dipindahkan ke kamar tidur utama. Cear : bongkar, cumpe : tempat tidur sang ibu dan bayinya dekat perapian atau dalam bahasa Manggarai disebut Sapo. Biasanya lima nama dipersiapkandipersiapkan bagi sang bayi. Nama pertama disiapkan orang tua kandung sang bayi, kedua diberi nama pihak kakek, nenek dari garis keturunan ayah bayi, nama ketiga disumbang oleh pihak anak rona (garis keturunan ibu bayi), nama keempat diberikan pihak anak Wina (keluarga saudara perempuan yang telah menikah) dan seorang petinggi kampung yang mewakili seluruh warga kampung atau dalam bahasa Manggarai disebut ase kae pa'ang olo ngaung musi. Kelima orang itu serta tamu undangan yang ikut menyaksikan acara cear Cumpe menyerahkan lembaran uang Rupiah sebagai bentuk dukungan doa bagi perjalanan hidup bayi itu. Lantunan doa dalam adat Manggaraipun dipanjatkan. Isi doa biasanya berupa permohonan agar masa depan anak itu cerah, terhindar dari malapetaka serta bisa bermanfaat bagi masyarakat umum. Seekor ayam 🐔🐓jantan putihpun disembelih kemudian darah ayam tersebut dioleskan pada kaki sang bayi. Sementara beberapa bagian potongan daging ayam seperti hati dan sayatan daging tebalnya dipanggang kemudian menjadi menu sesajen bagi arwah leluhur. Lokasi pengambilan gambar : kampung Ruteng Pu'u di kota Ruteng FloresFlores.

Kamis, 20 Oktober 2022

Songke Manggarai; Bukan Sekedar Tenun.

Catatan budaya Ani Paga. Membayangkan betapa luhurnya nenek moyang kita menciptakan satu konsep desain kain tenun dengan motifnya memiliki makna filosofi budaya begitu tinggi. Sekali lagi warna hitam pada songke melambangkan keagungan. Motif wela kaweng menterjemahkan bagaimana hubungan simbiotik mutualisme yang harmonis antara kehidupan orang Manggarai dengan alam sekitar. Motif Ranggong (Sarang Laba-laba) menggambarkan ketekunan, kerja keras, ulet orang Manggarai merajut benang-benang perjalanan hidup mencapai puncak. Hal ini terkait dengan bentuk struktur rumah adat Manggarai dan konsep pembagian lahan pertanian Manggarai yang berbentuk jaring Laba-laba (spider web). Motif Jok pada kain songke Manggarai yang tergambar dalam bentuk rumah adat Manggarai yang tinggi menjulang melukiskan hubungannya yang erat pada penciptanya serta sebagai gambaran persatuan dan persaudaraan yang kuat warga Manggarai. Jangan heran kalau persatuan orang Manggarai itu terbawa terus hingga ke tanah rantau. Motif Ntala pada songke Manggarai melukiskan bagaimana doa yang seringkali dilantunkan orang tua pada anaknya dalam meraih cita-cita yang tinggi. Ntala :bintang🌟⭐(-red). "Langkas Haeng Ntala, Uwa Haeng Wulang" Satu frasa yang seringkali dilantunkan dan jika diterjemahkan memiliki makna harapan dan doa bagi sang anak meraih mimpinya setinggi langit. Wulang : bulan🌙. Motif mata manuk Manuk (ayam) merupakan hewan yang seringkali digunakan masyarakat Manggarai dalam upacara adat terutama dalam acara Teing Hang (memberi sesajen pada leluhur) bahkan seringkali sebagai persembahan Anak Wina (anak perempuan yang telah berumah tangga) dengan statusnya sebagai Ata Pe'ang : clan luar) pada Anak Rona (pihak saudara laki-laki atau keluarga ayahnya). Selain Mata Manuk menggambarkan nilai religius yang tinggi dalam adat Manggarai, motif ini juga melukiskan bagaimana seekor ayam 🐔itu memiliki ketajaman dalam melihat serta berfungsi sebagai alarm pengingat waktu. Ayam berkokok di pagi hari pertanda hari menjelang mentari yang akan menyinari bumi. So, jangan merubah motif kain tenunmu hanya karena mengikuti selera pasar sesaat. Hargai Karya Luhur Leluhurmu sebagai bentuk identitas budayamu. Leluhurmu memiliki kekayaan intelektual yang sangat tinggi dan bernilai. Saatnya memperjuangkan perlindungan hukum terhadap karya cipta budaya leluhurmu agar tidak mudah diklaim suku atau bangsa lain sebagai pemilik karya cipta. Beberapa motif kain tenun NTT telah dijiplak dan diklaim sebagai pemiliknya. Hello NTT negeri sejuta wisata. Just remind. Karena Kain Tenun; Identitas Budayamu. Bangga buatan Indonesia dan bangga wisata di Indonesia. Gitu aja dulu ya. Selamat berkarya.

Jumat, 19 Agustus 2022

Ketika Masakan Isteri Kedua Lebih Sedap Dari Isteri Pertama

By : Ani Paga
Usai seharian melintasi dan mendapat tugas seorang diri di Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara aku memutuskan kembali ke Tapanuli Utara mencari hotel tempat aku melepas lelah. Pemuda ganteng Pasaribu, driver mobil carteranku kuperintahkan segera angkat kaki dari tempat tugasku. Sitanggang temannya yang sedang duduk mengepul asap rokok di bawah pepohanan yang tak jauh dari kami nampak masih asyik merokok. “Bang, let’s go. Kita kembali ke Sibolga” teriakku. Dua makhluk ini baru saya kenal saat itu ketika aku mendarat di bandara Ferdinand A. Tobing Sibolga, Tapanuli Utara. Mereka yang mengantar aku menyambangi Tapanuli Selatan. Maklum, saat itu bandara Aek Godang di Tapanuli Selatan belum melayani penerbangan. Dalam perjalanan menuju Sibolga, kami sempat berputar ke kiri ke kiri , ke kanan ke kanan manise menikmati kota Padang Sidempuan sebagai ibukota kabupaten Tapanuli Selatan. Tepat pukul 18.30 pm kami memasuki kota Sibolga dan berlanjut mencari hotel. Beberapa hotel dengan lighting terlihat remang-remang kami sempat datangi. Saya meminta Pasaribu dan Sitanggang untuk mencari hotel yang berlokasi dekat pantai, tamunya ramai dan lightingnya lebih terang. Setelah berputar-putar saya menjatuhkan pilihanku pada hotel berbintang di pinggir pantai Pandan. Aku meminta Sitanggang menemaniku check in pada meja resepsionis. Terlihat lumayan banyak tamu yang menginap di sini. Aku mendapat kamar pada lantai dasar hotel, kemudian mempersilahkan Sitanggang kembali ke kota Sibolga dan besok paginya akan kembali menjemputku menuju bandar udara Ferdinand A. Tobing. Setelah mandi, aku melangkah menuju restaurant hotel yang menyatu dengan ruangan resepsionis. Aku mencicipi makan malamku bersama beberapa tamu hotel lainnya. Tubuhku terasa lelah, segelas wedang jahe aku embat melepas dahaga, melawan kelelahanku. Capcay menjadi menu andalanku. Kulahap capcay hingga tak tersisa di piring makanku. Aku jarang mengkonsumsi daging. Aku lebih memilih ikan dan sayur-sayuran. Jarum jam bertengger pada angka 9 pm mengingatkan aku kembali ke kamar hotel melepaskan lelahku. Tak lupa aku menggosok gigi. Malam itu entah mengapa, aku tak bisa memejamkan mata. Saya mencoba memancing rasa kantuk dengan menonton berita di televisi. Aku tak begitu suka menonton sinetron tapi ternyata upayaku sia-saia. Sulit tidur masih saja melandai diriku. Sementara besok pagi saya harus melanjutkan tugasku di kota Medan. Aku baru bisa tidur pada pukul 4 am. Gemuruh ombak pantai barat Sumatera yang begitu tinggi membangunkan aku dari tidurku. Aku sempat bertanya dalam hati “sedang berada di manakah aku?” Aku coba membuka gorden jendela membuang pandanganku keluar. Terlihat ombak yang tinggi menari-menari, meloncat mengundang decak kagumku. Saat itu jarum jam bertengger pada angka 6 am. Total jam tidurku praktis sangat kurang. Setelah menggosok gigi, aku mengayunkan langkah sembari berdendang menyanyikan lagu-lagu Diana Rose menuju bibir pantai. Anak-anak pantai Pandan berlari ke sana kemari dikejar ombak yang menghantam mereka. Aku memandang mereka. Sesekali ombak itu menerjangku. Tentu saja aku takut. Terbayang kejadian bencana tsunami Aceh yang juga ternyata Pantai Pandan itu ikut kecipratan gempa bumi dasyat itu.Entah apa yang terjadi kalau peristiwa kembali terjadi. Amit-amit jabang bayi. Puas menikmati ombak pantai, aku memasuki restaurant hotel. Menu prasmanan dengan ragam masakannya menggugah seleraku. Ikan saus asam manis dengan beberapa tumisan sayur hijau menjadi buruanku. Yesssss lumayan menambah energiku hari itu. Aku memilih meja makan kosong di sudut restaurant. Menepi nih yeah. Menepi itu ternyata asyik. Terlihat dua orang bapak berusia 50-an tahun asyik ngobrol sembari menikmati sarapan di samping mejaku. Tanpa sengaja aku memergoki salahsatu dari mereka mengamatiku. “Selamat pagi, bu” sapanya. Aku membalasnya “Selamat pagi juga ,pak”. “Ibu tamu di hotel ini?” “Ya, benar pak. Saya tamu di sini. Kenapa pak” jawabku ketus. Biar kesan galaknya muncul dikit hehehe. “Oh, nggak juga bu. Cuma Tanya saja” . Aku melanjutkan acara makanku. Sesekali aku melempar kupingku merapat pada pembicaraan mereka yang memang nada bicaranya keras. “Woiiiii, jangan berisik” gumamku di balik nyaliku yang ciut hehehehe. Dari isi pembicaraan ternyata mereka pengunjung hotel yang hendak menjemput tamu hotel menuju bandara juga. “Kring kringkring” terdengar nada telepon pada salahsatu ponsel bapak tadi tadi. “Abang, kau di mana?”. “Aku lagi makan bersama Ucok” “Makan di mana kau, bang” “Di isteri kedua” “Haaaaaa?. Isteri kedua?.” Tanya isterinya lebih lanjut. “Abang, kau di mana” terdengar suara isterinya membentaknya dari seberang. Volume yang cukup tinggi membuat suara handphonenya terdengar jelas. “Saya kan sudah bilang kau , di isteri kedua. Kalau kau tidak percaya datang saja kau ke sini” tantang bapak itu. Rupanya bapak sengaja itu memancing emosi isterinya. “Bangsat kau bang. Teganya kau perlakukan itu. Tunggu kau. Kuhajar kau bang,” Temannya ngakak tertawa lebar. “ Bagaimana pula kau, bang. Isterimu sendiri, kau kerjain begini” “Hahahaha biar saja bang. Masakan restaurant ibarat masakan isteri kedua. Makanya saya bilang di isteri kedua” Keduanya berlarut dalam tawa canda. Meski terkesan sedikit lucu tapi aku geram juga pada bapak itu. Tega-teganya kerjain isterinya seperti itu. Makanankupun habis di piring. Aku segera beranjak kembali ke kamar tidurku. Mandi karena tak lama lagi Sitanggang akan menjemputku menuju Ferdinand A. Tobing airport. Singkat cerita, pagi itu aku terbang bersama Lion Air menuju Medan Sumatera Utara. Horas Sampai jumpa lagi di Rengkampongku selanjutnya, Serius amat bacanya hehehehe

Jumat, 03 Juni 2022

Tanjung Bendera; So Nice So Good

Tanjung Bendera; So Nice, So Good
Catatan wisata Ani Paga

 Mobil bergerak maju melintasi ruas jalan negara yang terbentang di bagian selatan Flores tepatnya jalur yang menghubungkan Borong ibukota kabupaten Manggarai Timur dengan Wae Lengga satu kota kecamatan yang lokasinya berdekatan dengan perbatasan kabupaten Ngada. Jalan berkelok di antara rimbunan pepohonan di sekitar ruas jalan ditemani musik berirama reggae melengkapi perjalanan. Nyiur hijau sesekali melambai menyapa pengguna jalan yang melintas. 


Hingga perjalananpun memasuki Wae Rana kampung kecil yang cukup terkenal di Manggarai. Dahulu kala banyak remaja putri menempuh pendidikkan pada jenjang sekolah menengah pertama di lembaga asuhan biarawati di kampung ini. Waerana kampung kecil yang asri layak menjadi rest area kendati sekedar menikmati sajian kopi Manggarai yang aduhai cita rasanya mampu menghapus lelah. Dari Waerana perjalanan ditempuh hingga menemukan pertigaan yang mengarahkan driver belok kanan menuju kawasan wisata. 



Wow....Tanjung Bendera sang mutiara yang lama terpendam ternyata menawarkan sensasi wisata berbeda di Flores. Alamnya yang indah dihiasi laut dan langit biru plus bukit cantik yang menjulang memanjakan mata, membuat betah dan enggan pergi meninggalkannya. Savananya terbentang indah serasa sedang berada di savana luas benua Afrika. Recommended banget bagi kamu yang memiliki hobby horse riding. Sesekali laut sawu menyajikan atraksi menari menampilkan gemulai tubuhnya dengan ombak tinggi bergemuruh seakan hendak menawarkan olahraga surfing. Tapi sayangnya nggak setinggi ombak di Kuta Bali atau di Mentawai Sumatera Barat. 


 Teringat tahun 2004 saat berkonvoi menjelajah Flores dalam agenda kampanye politik seorang anggota DPR RI om Anton Mashur, saya menawarkan pembuatan film pada sutradara sekaligus koreografer kawakan asal Ruteng Manggarai Flores yakni Sir John De Gaut. Om Sirjon beberapa kali membidani film-film nasional. Flores sangat layak dijadikan lokasi syuting film. Why not kalau pihak production house menjadikan Tanjung Bendera sebagai lokasi syuting film. Sesekali mengambil atmosphere daerah. Flores itu surga wisata bro. 


 Dari sini kamupun bisa menikmati view piramida alam Flores yakni gunung Inerie serta bukit cantik sekitarnya yang menjulang di tepi selatan kabupaten Ngada. Wae Lengga dan Aimerepun melengkapi keindahan view alam yang menarik seputar Tanjung Bendera. Sesekali terjun ke pantai Mausui dan Mbolata sebagai tambahan wisata di Tanjung Bendera, bermanja-manja ria merasakan sentuhan air lautnya. Ah Flores memang selalu bikin gregetan. 


 Tanjung Bendera satu kawasan wisata yang menjanjikan di masa depan. Sekali lagi layak jadi horse ridding area sembari menikmati keindahan pantai dengan laut biru. Semoga tidak tercemar sampah tangan jahil dan biarkan nature 🌿🍃 apa adanya karena pada prinsipnya back to nature menjadi impian wisatawan terutama mancanegara dan domestik asal kota besar yang jenuh dengan aktifitas harian penuh kemacetan sana sini. 



 Tanjung Bendera tidak perlu dipoles berlebihan biarkan dia tampil apa adanya. Menawarkan kemolekan dan senyum manis sejatinya pada wisatawan. Instagramable boooo. Let's go to Flores island.

Dua Bersaudara Itu Bernama Istiqlal Dan Katedral

Dua Bersaudara Itu Bernama Istiqlal Dan Katedral 


Catatan Wisata Ani Paga


 Jarum jam menunjukkan angka 5 pm tatkala taxi 🚕konvensional papan atas di Jakarta menurunkan aku tepat di pintu masuk gereja. Seorang petugas security nampak sigap menyambutku kemudian mengarahkanku pada satu bangku panjang.

 Akupun harus bersabar menunggu jadwal masuk yakni pukul 18.30 waktu Indonesia Barat. Niatku menghadiri misa di gereja yang dibangun kembali di tahun 1901 ini batal karena saya tidak melakukan registrasi terlebih dahulu. Nggak apalah, toh aku masih bisa berdevosi di Gua Maria yang terletak di samping gereja yang dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektar ini. Aku masih memiliki waktu untuk menikmati sate Padang yang maknyoss membuat lidah bergoyang lincah di trotoar jalan depan gereja yang didesain Arsitek Pastor Antonius Dikjmans ini. 




 Tepat pukul 6.25 pm aku melangkah menuju gate in untuk barcode dan check in pada aplikasi pedulilindungi. Yes .... Aku berhasil menembus halaman Gua Maria. Tampak beberapa umat tengah khusuk berdoa, berdevosi pada sang bunda. Suasana tampak tenang membuat aku lebih nyaman berdoa. Lima peristiwa berlalu akhirnya aku memilih hengkang dan mengarahkan kameraku pada Gua Maria itu. 


 Tak lama berselang aku meninggalkan tempat devosi itu. Pandanganku tertuju pada bangunan menara gereja yang berwarna gading 🏆sebagai bias cahaya lampu dari dalam menara. Akupun kembali beraksi cekrak cekrik di samping dan berselfi ria di depan halaman gereja bergaya neogotik Eropah mengikuti gaya arsitektur gereja pada beberapa abad lalu. 
 Taraaa aku berhasil merekam moment di gereja yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1901 oleh Monsinyur Edmundus Sybradus Luypen, S.J ini. 


 Dari halaman gereja yang menampung 900 umat ini aku terpesona pada keindahan bangunan mesjid Istiqlal yang berdiri kokoh tepat berhadapan dengan gereja Katedral Jakarta itu.

 Perform cahaya kubah mesjid dengan diameter 45 meter menampilkan beberapa warna cahaya yang selalu berubah seakan sedang menampilkan atraksi kedamaian yang indah. Lagi-lagi aku berhasil menangkap atraksi beberapa warna cahaya kubah. Mesjid yang dibangun di atas taman Wilhelmina ini sangat menarik melibatkan arsitek Kristen bernama Frederik Silaban yang memenangkan lomba desain mesjid berdasarkan penilaian para Juri saat itu. 

Konon, kabarnya sang arsitek ini telah berpengalaman dan mempelajari arsitektur mesjid dunia. Peletakan batu pertama pembangunan Mesjid yang berarsitektur modern dan berkapasitas 200.000 jemaah ini dilakukan pada era President pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno di tanggal 24 Agustus 1961 dan proses penyelesaian pekerjaan tepat waktu pada tanggal 22 Februari 1978. Tinggi menaranya mencapai angka 99,66 meter atau 317,1 kaki. 



 Saya sendiri pernah masuk dalam area samping mesjid yakni sekretariat MUI meliput press conference di tahun 2001. Bahkan sebelum covid 19 melanda dunia saya beberapa kali numpang mencicipi makanan yang dijual di halaman mesjid. Beberapa mobil umat katolik yang sedang mengikuti misapun diparkir di area mesjid. Semua berbaur dalam rasa persaudaraan yang indah.


 Gitu aja dulu ya cuy. Jempol gue pegal guys. 
 Happy weekend

Flores Kepingan Surga Yang Jatuh Ke Bumi

Flores; 
Kepingan Surga Yang Jatuh Ke Bumi 
Wae  Rebo; kampung tradisional  di Manggarai Flores Barat


 Catatan kecil Ani Paga 

Kelimutu ; Three colour lake in Ende
 Kendati saya terlahir dan dibesarkan di Flores kekagumanku pada pulau nusa bunga ini belum usai. Tanpa sengaja satu timeline seorang guide Profesional Maumere Flores terlintas. Satu pemandangan obyek wisata alam berhasil menarikku menyibak lembaran aktifitasnya. Obyek wisata di Flores yang begitu mempesona menggiring aku kembali ke nostalgia tempo doeloe. Aku sempat menjelajah Flores dalam satu kegiatan politik. Jadwal yang begitu padat tak mampu melumpuhkan pertahanan fisikku. Keindahan alam Flores yang begitu cantik, memukau membuat aku tak lelah menikmatinya. Ruas jalannya yang berkelok dan membuat mobil kami menari-nari di antara gunung dan jurang yang terjal dilengkapi irama musik pop dan reggae semakin menambah gairah kami menelusuri lebih dalam keindahan alam Flores. Ah benar-benar pulau anugerah Tuhan terindah. Betapa tidak, danau Kelimutu
 dengan 🌄🌇🌅sunrisenya yang cantik menebar senyum manis di pagi hari membuat kelelahan itu menjadi rontok. Kabut tebal yang sesekali hadir menambah kharisma tiga danau cantik berjarak sekitar 60-an km dari kota Ende ini.


Todo: kampung tradisional di Satarmese  Manggarai 
Air laut yang bening membiru menyeretku menyelaminya lebih dalam, bercengkerama dengannya. Kemudian pasir putih pantai yang membentang seakan mengucapkan selamat datang padaku. Ah Flores engkau berhasil membuatku Fall in love, more and more. Belum lagi ragam budayamu yang tergambar dalam aneka rumah adat dengan filosofi budayamu yang berkarakter mampu membius para wisatawan dari seluruh dunia. Wae Rebo, Benna, Todo, Wologai, Wolo Topo, Ruteng Pu'u, Nggela merupakan sebagian kampung tradisional yang tetap bertahan menampilkan karakter budaya yang mempesona. Jangan ditanya kesenian ja'i, Gemu Famire, Berelele Benggong telah berhasil membuat wisatawan kagum padamu. 

 Adalah wisata pilgrim di ujung Timur Flores yang terjelma dalam Semana Santa serta ritual lainnya ketika paskah berlangsung ikut menjaring wisatawan dari berbagai belahan dunia. 

Sawah jaring Laba-laba di Manggarai 


 Keindahan alam pegunungan, sawah terrace, sawah jaring laba-laba merupakan deretan panjang keindahanmu. Di ujung barat pulau Flores hingga ke Komodo National Park (kata Flores : bunga disematkan orang Portugis) terbentang ratusan keindahan alam yang super cantik membuat aku belum puas mengagumimu.



Kain Tenun Maumere Sikka (Ben Marianus) 

 Keragaman kain tenun di Flores yang begitu banyak dengan motif yang menggambarkan filosofi budaya menghiasi pulau yang terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur ini. Jangan bilang lagi Flores itu di Medan, di Papua, di Australia. Enak banget memindahkan pulau cantik itu kemana-mana sesuka hati` Flores benar-benar premium Terima kasih banyak sahabatku Guide Profesional negeri tenun Maumere Flores : Mr Ben Marianus.

Songke Manggarai









Babi island near Maumere



Pesona Labuan Bajo di ujung Barat Flores


Perempuan Antara Media Sosial Dan Literasi Digital

Perempuan; Antara Etika Bermedia Sosial dan Literasi Digital. 



 Catatan pojok Ani Paga 

maaf; lagi belajar sok pintar dikit 

 Pagi ini aku terbangun di angka 3 am. Mataku tak lagi bisa terpejam, sempat teringat mimpi semalam mengunjungi satu desa. 

Entah desa apa namanya. Berusaha untuk tidur lagi berharap mimpi yang lebih indah ternyata masih susah tidur ya mending menulis deh. 


Pejuang literasi Ecak Dahlia bersama Veronika K. 
Sembari mikir mencari obyek penulisan aku membuka app facebook satu platform yang paling digandrungi warganet.

Tanpa sengaja aku menangkap kisah enu Veronika dan enu Echak pejuang literasi di Manggarai yang dengan semangat tinggi menerobos satu desa terpencil Menembus desa yang belum dijangkau aliran listrik serta kondisi ruas jalan yang memprihatinkan aku jadi teringat ruas jalan menuju kampung almarhum suami. 


 Ruas jalan beberapa kali ditambalsulam bak mempertontonkan atraksi sulap menyulap ruas jalan. 

Belum sampai setahun ruas jalan sudah kembali rusak dan menghambat perjalanan. Turun dari kendaraan dan terpaksa jalan kaki menembus desa yang terpencil, menuruni bukit terjal kalau nggak lihai bisa terguling manja di jurang. Kondisi topografi Manggarai Flores yang didominasi kemiringan tanah mencapai 60 persen. Ruas jalan yang rusak tak menyurut semangat mereka menembus desa Topak yang keberadaannya terbilang lumayan dekat dengan ibukota kabupaten. 

Laskar Topak asuhan Ecak Dahlia 

Di kampung ini satu pejuang literasi mudapun enu Echak juga tak kalah semangatnya menjadi perintis taman bacaan bagi anak-anak desa. 

 Dari Manggarai Timur, enu Lasmi juga tak mau kalah tampil dengan karyanya yang memukau. Sahabat muda ini juga sering kali membuat karyanya yang spektakuler di bidang sastra. Perempuan dan digitalisasi Di jaman milenial serba digital para warganet dengan mudahnya melanglang buana mencari dan berbagi informasi. 


 Dalam seminar beberapa waktu lalu saya excited pada hasil survey yang mengungkapkan ternyata perempuan mendominasi pengguna internet di Indonesia. Tak tanggung-tanggung pengguna internet perempuan mencapai 56,6 persen dari total angka pengguna. 

 Media Sosial merupakan teknologi berbasis internet yang memungkinkan warganet mempresentasikan dirinya serta digunakan untuk berinteraksi sosial, berbagi informasi dengan pengguna lain dan menghasilkan ikatan secara virtual.

 Perkembangan media informasi itu telah mampu mengubah dinamika sosial pada semua lini. Beberapa platform virtual seperti social worlds, blogs, virtual games worlds, social networking sites, collaborative project merupakan jenis media sosial yang banyak digandrungi warganet. 
Lasmi


 Pergerakan perempuan yang semakin majupun tak luput dari peran media sosial. Media sosial ikut berpengaruh merubah cara komunikasi dalam dunia perempuan. Pandangan konservatif yang menempatkan peran lelaki lebih dominan dalam berteknologi komunikasi lambat laun terkikis dengan mulai banyaknya keterlibatan perempuan dalam mengakses komunikasi dan informasi secara virtual. 

 Melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp perempuan dengan mudah mempublikasi berbagai kegiatannya. Melalui media sosial pula perempuan bisa mengaktualisasikan kemampuannya dengan baik, terbentuknya identitas yang solid sehingga bisa mengatasi ketimpangan sosial dalam komunikasi virtual. Bahkan peran aktif para perempuan melawan arus informasi membuat perempuan itu lebih kuat secara status dan dapat mengatasi problematik dominasi marjinal dalam dunia virtual. 


 Di sisi lain pada kota-kota besar mobilitas penduduk yang tinggi berakibat kurangnya intensitas pertemuan anggota keluarga untuk berkomunikasi secara langsung. 

Pada kasus lainnya, intensitas komunikasi yang terbatas telah membuat anggota keluarga lebih asyik dengan dunia media sosialnya sendiri. Kebersamaan dalam rumah tangga menjadi barang langkah. 

 Penyalahgunaan media sosialpun telah berimbas pada retaknya hubungan sosial masyarakat. Perselingkuhan yang berawal dari media sosial seringkali menjadi penghancur kehidupan rumah tangga. 

 Penggunaan media sosial yang berlebihan dan tak terkontrol membuat perempuan tersebut tersangkut masalah dengan pihak lain misalnya terlibat dalam pemberitaan hoax. 

 Tak jarang, perempuan juga menjadi obyek eksploitasi seksual, human trafficking, korban penipuan lelaki hidung belang dalam media sosial. Pencapaian perempuan pada berbagai bidangpun telah menimbulkan konflik yakni peran ganda antara karier di luar rumah (ekstra domestika) dan peran domestik. 

Veronika Kurnyangsi Pejuang literasi di Ruteng
 Perempuan juga semakin dituntut untuk cerdas dan berpikir cepat dalam mengantisipasi permasalahan. Salahsatunya berkomunikasi dengan pasangan hidup sebagai satu tim yang kuat. 

 Pada perempuan perkotaan dengan mobilitas yang sangat tinggi komunikasi yang intens menjadi salahsatu perekat hubungan dengan anggota keluarga. 

Komunikasi virtual merupakan alat untuk mendekatkan hubungan pada jarak yang jauh.Media sosial menjadi kekuatan penting bagi perempuan perkotaan yang super sibuk bekerja dan mengurus rumah tangga. 


Lasmi; Pejuang Literasi di Manggarai Timur

 Perempuan sebaiknya menunjukkan prestasi, karya, kecakapan dan peran dalam masyarakat dan tidak kalah dengan laki-laki. Dengan demikian gambaran ideal tentang perempuan akan tampil dalam media sosial.

 Perempuan sebaiknya lebih cerdas menganalisa konten media sehingga tidak terjebak dalam pemberitaan palsu. Perempuanpun dituntut memahami literasi media sosial dengan bijak dan berdaya, bisa merespond kontent media sosial secara arif. 

 Udah gitu aja dulu. Dari kampung untuk Indonesia. 

Anak-anak Taman Bacaan asuhan Veronika


Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...