Kamis, 20 Oktober 2022

Songke Manggarai; Bukan Sekedar Tenun.

Catatan budaya Ani Paga. Membayangkan betapa luhurnya nenek moyang kita menciptakan satu konsep desain kain tenun dengan motifnya memiliki makna filosofi budaya begitu tinggi. Sekali lagi warna hitam pada songke melambangkan keagungan. Motif wela kaweng menterjemahkan bagaimana hubungan simbiotik mutualisme yang harmonis antara kehidupan orang Manggarai dengan alam sekitar. Motif Ranggong (Sarang Laba-laba) menggambarkan ketekunan, kerja keras, ulet orang Manggarai merajut benang-benang perjalanan hidup mencapai puncak. Hal ini terkait dengan bentuk struktur rumah adat Manggarai dan konsep pembagian lahan pertanian Manggarai yang berbentuk jaring Laba-laba (spider web). Motif Jok pada kain songke Manggarai yang tergambar dalam bentuk rumah adat Manggarai yang tinggi menjulang melukiskan hubungannya yang erat pada penciptanya serta sebagai gambaran persatuan dan persaudaraan yang kuat warga Manggarai. Jangan heran kalau persatuan orang Manggarai itu terbawa terus hingga ke tanah rantau. Motif Ntala pada songke Manggarai melukiskan bagaimana doa yang seringkali dilantunkan orang tua pada anaknya dalam meraih cita-cita yang tinggi. Ntala :bintang🌟⭐(-red). "Langkas Haeng Ntala, Uwa Haeng Wulang" Satu frasa yang seringkali dilantunkan dan jika diterjemahkan memiliki makna harapan dan doa bagi sang anak meraih mimpinya setinggi langit. Wulang : bulan🌙. Motif mata manuk Manuk (ayam) merupakan hewan yang seringkali digunakan masyarakat Manggarai dalam upacara adat terutama dalam acara Teing Hang (memberi sesajen pada leluhur) bahkan seringkali sebagai persembahan Anak Wina (anak perempuan yang telah berumah tangga) dengan statusnya sebagai Ata Pe'ang : clan luar) pada Anak Rona (pihak saudara laki-laki atau keluarga ayahnya). Selain Mata Manuk menggambarkan nilai religius yang tinggi dalam adat Manggarai, motif ini juga melukiskan bagaimana seekor ayam 🐔itu memiliki ketajaman dalam melihat serta berfungsi sebagai alarm pengingat waktu. Ayam berkokok di pagi hari pertanda hari menjelang mentari yang akan menyinari bumi. So, jangan merubah motif kain tenunmu hanya karena mengikuti selera pasar sesaat. Hargai Karya Luhur Leluhurmu sebagai bentuk identitas budayamu. Leluhurmu memiliki kekayaan intelektual yang sangat tinggi dan bernilai. Saatnya memperjuangkan perlindungan hukum terhadap karya cipta budaya leluhurmu agar tidak mudah diklaim suku atau bangsa lain sebagai pemilik karya cipta. Beberapa motif kain tenun NTT telah dijiplak dan diklaim sebagai pemiliknya. Hello NTT negeri sejuta wisata. Just remind. Karena Kain Tenun; Identitas Budayamu. Bangga buatan Indonesia dan bangga wisata di Indonesia. Gitu aja dulu ya. Selamat berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...