Jumat, 03 Juni 2022

Tanjung Bendera; So Nice So Good

Tanjung Bendera; So Nice, So Good
Catatan wisata Ani Paga

 Mobil bergerak maju melintasi ruas jalan negara yang terbentang di bagian selatan Flores tepatnya jalur yang menghubungkan Borong ibukota kabupaten Manggarai Timur dengan Wae Lengga satu kota kecamatan yang lokasinya berdekatan dengan perbatasan kabupaten Ngada. Jalan berkelok di antara rimbunan pepohonan di sekitar ruas jalan ditemani musik berirama reggae melengkapi perjalanan. Nyiur hijau sesekali melambai menyapa pengguna jalan yang melintas. 


Hingga perjalananpun memasuki Wae Rana kampung kecil yang cukup terkenal di Manggarai. Dahulu kala banyak remaja putri menempuh pendidikkan pada jenjang sekolah menengah pertama di lembaga asuhan biarawati di kampung ini. Waerana kampung kecil yang asri layak menjadi rest area kendati sekedar menikmati sajian kopi Manggarai yang aduhai cita rasanya mampu menghapus lelah. Dari Waerana perjalanan ditempuh hingga menemukan pertigaan yang mengarahkan driver belok kanan menuju kawasan wisata. 



Wow....Tanjung Bendera sang mutiara yang lama terpendam ternyata menawarkan sensasi wisata berbeda di Flores. Alamnya yang indah dihiasi laut dan langit biru plus bukit cantik yang menjulang memanjakan mata, membuat betah dan enggan pergi meninggalkannya. Savananya terbentang indah serasa sedang berada di savana luas benua Afrika. Recommended banget bagi kamu yang memiliki hobby horse riding. Sesekali laut sawu menyajikan atraksi menari menampilkan gemulai tubuhnya dengan ombak tinggi bergemuruh seakan hendak menawarkan olahraga surfing. Tapi sayangnya nggak setinggi ombak di Kuta Bali atau di Mentawai Sumatera Barat. 


 Teringat tahun 2004 saat berkonvoi menjelajah Flores dalam agenda kampanye politik seorang anggota DPR RI om Anton Mashur, saya menawarkan pembuatan film pada sutradara sekaligus koreografer kawakan asal Ruteng Manggarai Flores yakni Sir John De Gaut. Om Sirjon beberapa kali membidani film-film nasional. Flores sangat layak dijadikan lokasi syuting film. Why not kalau pihak production house menjadikan Tanjung Bendera sebagai lokasi syuting film. Sesekali mengambil atmosphere daerah. Flores itu surga wisata bro. 


 Dari sini kamupun bisa menikmati view piramida alam Flores yakni gunung Inerie serta bukit cantik sekitarnya yang menjulang di tepi selatan kabupaten Ngada. Wae Lengga dan Aimerepun melengkapi keindahan view alam yang menarik seputar Tanjung Bendera. Sesekali terjun ke pantai Mausui dan Mbolata sebagai tambahan wisata di Tanjung Bendera, bermanja-manja ria merasakan sentuhan air lautnya. Ah Flores memang selalu bikin gregetan. 


 Tanjung Bendera satu kawasan wisata yang menjanjikan di masa depan. Sekali lagi layak jadi horse ridding area sembari menikmati keindahan pantai dengan laut biru. Semoga tidak tercemar sampah tangan jahil dan biarkan nature ๐ŸŒฟ๐Ÿƒ apa adanya karena pada prinsipnya back to nature menjadi impian wisatawan terutama mancanegara dan domestik asal kota besar yang jenuh dengan aktifitas harian penuh kemacetan sana sini. 



 Tanjung Bendera tidak perlu dipoles berlebihan biarkan dia tampil apa adanya. Menawarkan kemolekan dan senyum manis sejatinya pada wisatawan. Instagramable boooo. Let's go to Flores island.

Dua Bersaudara Itu Bernama Istiqlal Dan Katedral

Dua Bersaudara Itu Bernama Istiqlal Dan Katedral 


Catatan Wisata Ani Paga


 Jarum jam menunjukkan angka 5 pm tatkala taxi ๐Ÿš•konvensional papan atas di Jakarta menurunkan aku tepat di pintu masuk gereja. Seorang petugas security nampak sigap menyambutku kemudian mengarahkanku pada satu bangku panjang.

 Akupun harus bersabar menunggu jadwal masuk yakni pukul 18.30 waktu Indonesia Barat. Niatku menghadiri misa di gereja yang dibangun kembali di tahun 1901 ini batal karena saya tidak melakukan registrasi terlebih dahulu. Nggak apalah, toh aku masih bisa berdevosi di Gua Maria yang terletak di samping gereja yang dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektar ini. Aku masih memiliki waktu untuk menikmati sate Padang yang maknyoss membuat lidah bergoyang lincah di trotoar jalan depan gereja yang didesain Arsitek Pastor Antonius Dikjmans ini. 




 Tepat pukul 6.25 pm aku melangkah menuju gate in untuk barcode dan check in pada aplikasi pedulilindungi. Yes .... Aku berhasil menembus halaman Gua Maria. Tampak beberapa umat tengah khusuk berdoa, berdevosi pada sang bunda. Suasana tampak tenang membuat aku lebih nyaman berdoa. Lima peristiwa berlalu akhirnya aku memilih hengkang dan mengarahkan kameraku pada Gua Maria itu. 


 Tak lama berselang aku meninggalkan tempat devosi itu. Pandanganku tertuju pada bangunan menara gereja yang berwarna gading ๐Ÿ†sebagai bias cahaya lampu dari dalam menara. Akupun kembali beraksi cekrak cekrik di samping dan berselfi ria di depan halaman gereja bergaya neogotik Eropah mengikuti gaya arsitektur gereja pada beberapa abad lalu. 
 Taraaa aku berhasil merekam moment di gereja yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1901 oleh Monsinyur Edmundus Sybradus Luypen, S.J ini. 


 Dari halaman gereja yang menampung 900 umat ini aku terpesona pada keindahan bangunan mesjid Istiqlal yang berdiri kokoh tepat berhadapan dengan gereja Katedral Jakarta itu.

 Perform cahaya kubah mesjid dengan diameter 45 meter menampilkan beberapa warna cahaya yang selalu berubah seakan sedang menampilkan atraksi kedamaian yang indah. Lagi-lagi aku berhasil menangkap atraksi beberapa warna cahaya kubah. Mesjid yang dibangun di atas taman Wilhelmina ini sangat menarik melibatkan arsitek Kristen bernama Frederik Silaban yang memenangkan lomba desain mesjid berdasarkan penilaian para Juri saat itu. 

Konon, kabarnya sang arsitek ini telah berpengalaman dan mempelajari arsitektur mesjid dunia. Peletakan batu pertama pembangunan Mesjid yang berarsitektur modern dan berkapasitas 200.000 jemaah ini dilakukan pada era President pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno di tanggal 24 Agustus 1961 dan proses penyelesaian pekerjaan tepat waktu pada tanggal 22 Februari 1978. Tinggi menaranya mencapai angka 99,66 meter atau 317,1 kaki. 



 Saya sendiri pernah masuk dalam area samping mesjid yakni sekretariat MUI meliput press conference di tahun 2001. Bahkan sebelum covid 19 melanda dunia saya beberapa kali numpang mencicipi makanan yang dijual di halaman mesjid. Beberapa mobil umat katolik yang sedang mengikuti misapun diparkir di area mesjid. Semua berbaur dalam rasa persaudaraan yang indah.


 Gitu aja dulu ya cuy. Jempol gue pegal guys. 
 Happy weekend

Flores Kepingan Surga Yang Jatuh Ke Bumi

Flores; 
Kepingan Surga Yang Jatuh Ke Bumi 
Wae  Rebo; kampung tradisional  di Manggarai Flores Barat


 Catatan kecil Ani Paga 

Kelimutu ; Three colour lake in Ende
 Kendati saya terlahir dan dibesarkan di Flores kekagumanku pada pulau nusa bunga ini belum usai. Tanpa sengaja satu timeline seorang guide Profesional Maumere Flores terlintas. Satu pemandangan obyek wisata alam berhasil menarikku menyibak lembaran aktifitasnya. Obyek wisata di Flores yang begitu mempesona menggiring aku kembali ke nostalgia tempo doeloe. Aku sempat menjelajah Flores dalam satu kegiatan politik. Jadwal yang begitu padat tak mampu melumpuhkan pertahanan fisikku. Keindahan alam Flores yang begitu cantik, memukau membuat aku tak lelah menikmatinya. Ruas jalannya yang berkelok dan membuat mobil kami menari-nari di antara gunung dan jurang yang terjal dilengkapi irama musik pop dan reggae semakin menambah gairah kami menelusuri lebih dalam keindahan alam Flores. Ah benar-benar pulau anugerah Tuhan terindah. Betapa tidak, danau Kelimutu
 dengan ๐ŸŒ„๐ŸŒ‡๐ŸŒ…sunrisenya yang cantik menebar senyum manis di pagi hari membuat kelelahan itu menjadi rontok. Kabut tebal yang sesekali hadir menambah kharisma tiga danau cantik berjarak sekitar 60-an km dari kota Ende ini.


Todo: kampung tradisional di Satarmese  Manggarai 
Air laut yang bening membiru menyeretku menyelaminya lebih dalam, bercengkerama dengannya. Kemudian pasir putih pantai yang membentang seakan mengucapkan selamat datang padaku. Ah Flores engkau berhasil membuatku Fall in love, more and more. Belum lagi ragam budayamu yang tergambar dalam aneka rumah adat dengan filosofi budayamu yang berkarakter mampu membius para wisatawan dari seluruh dunia. Wae Rebo, Benna, Todo, Wologai, Wolo Topo, Ruteng Pu'u, Nggela merupakan sebagian kampung tradisional yang tetap bertahan menampilkan karakter budaya yang mempesona. Jangan ditanya kesenian ja'i, Gemu Famire, Berelele Benggong telah berhasil membuat wisatawan kagum padamu. 

 Adalah wisata pilgrim di ujung Timur Flores yang terjelma dalam Semana Santa serta ritual lainnya ketika paskah berlangsung ikut menjaring wisatawan dari berbagai belahan dunia. 

Sawah jaring Laba-laba di Manggarai 


 Keindahan alam pegunungan, sawah terrace, sawah jaring laba-laba merupakan deretan panjang keindahanmu. Di ujung barat pulau Flores hingga ke Komodo National Park (kata Flores : bunga disematkan orang Portugis) terbentang ratusan keindahan alam yang super cantik membuat aku belum puas mengagumimu.



Kain Tenun Maumere Sikka (Ben Marianus) 

 Keragaman kain tenun di Flores yang begitu banyak dengan motif yang menggambarkan filosofi budaya menghiasi pulau yang terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur ini. Jangan bilang lagi Flores itu di Medan, di Papua, di Australia. Enak banget memindahkan pulau cantik itu kemana-mana sesuka hati` Flores benar-benar premium Terima kasih banyak sahabatku Guide Profesional negeri tenun Maumere Flores : Mr Ben Marianus.

Songke Manggarai









Babi island near Maumere



Pesona Labuan Bajo di ujung Barat Flores


Perempuan Antara Media Sosial Dan Literasi Digital

Perempuan; Antara Etika Bermedia Sosial dan Literasi Digital. 



 Catatan pojok Ani Paga 

maaf; lagi belajar sok pintar dikit 

 Pagi ini aku terbangun di angka 3 am. Mataku tak lagi bisa terpejam, sempat teringat mimpi semalam mengunjungi satu desa. 

Entah desa apa namanya. Berusaha untuk tidur lagi berharap mimpi yang lebih indah ternyata masih susah tidur ya mending menulis deh. 


Pejuang literasi Ecak Dahlia bersama Veronika K. 
Sembari mikir mencari obyek penulisan aku membuka app facebook satu platform yang paling digandrungi warganet.

Tanpa sengaja aku menangkap kisah enu Veronika dan enu Echak pejuang literasi di Manggarai yang dengan semangat tinggi menerobos satu desa terpencil Menembus desa yang belum dijangkau aliran listrik serta kondisi ruas jalan yang memprihatinkan aku jadi teringat ruas jalan menuju kampung almarhum suami. 


 Ruas jalan beberapa kali ditambalsulam bak mempertontonkan atraksi sulap menyulap ruas jalan. 

Belum sampai setahun ruas jalan sudah kembali rusak dan menghambat perjalanan. Turun dari kendaraan dan terpaksa jalan kaki menembus desa yang terpencil, menuruni bukit terjal kalau nggak lihai bisa terguling manja di jurang. Kondisi topografi Manggarai Flores yang didominasi kemiringan tanah mencapai 60 persen. Ruas jalan yang rusak tak menyurut semangat mereka menembus desa Topak yang keberadaannya terbilang lumayan dekat dengan ibukota kabupaten. 

Laskar Topak asuhan Ecak Dahlia 

Di kampung ini satu pejuang literasi mudapun enu Echak juga tak kalah semangatnya menjadi perintis taman bacaan bagi anak-anak desa. 

 Dari Manggarai Timur, enu Lasmi juga tak mau kalah tampil dengan karyanya yang memukau. Sahabat muda ini juga sering kali membuat karyanya yang spektakuler di bidang sastra. Perempuan dan digitalisasi Di jaman milenial serba digital para warganet dengan mudahnya melanglang buana mencari dan berbagi informasi. 


 Dalam seminar beberapa waktu lalu saya excited pada hasil survey yang mengungkapkan ternyata perempuan mendominasi pengguna internet di Indonesia. Tak tanggung-tanggung pengguna internet perempuan mencapai 56,6 persen dari total angka pengguna. 

 Media Sosial merupakan teknologi berbasis internet yang memungkinkan warganet mempresentasikan dirinya serta digunakan untuk berinteraksi sosial, berbagi informasi dengan pengguna lain dan menghasilkan ikatan secara virtual.

 Perkembangan media informasi itu telah mampu mengubah dinamika sosial pada semua lini. Beberapa platform virtual seperti social worlds, blogs, virtual games worlds, social networking sites, collaborative project merupakan jenis media sosial yang banyak digandrungi warganet. 
Lasmi


 Pergerakan perempuan yang semakin majupun tak luput dari peran media sosial. Media sosial ikut berpengaruh merubah cara komunikasi dalam dunia perempuan. Pandangan konservatif yang menempatkan peran lelaki lebih dominan dalam berteknologi komunikasi lambat laun terkikis dengan mulai banyaknya keterlibatan perempuan dalam mengakses komunikasi dan informasi secara virtual. 

 Melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp perempuan dengan mudah mempublikasi berbagai kegiatannya. Melalui media sosial pula perempuan bisa mengaktualisasikan kemampuannya dengan baik, terbentuknya identitas yang solid sehingga bisa mengatasi ketimpangan sosial dalam komunikasi virtual. Bahkan peran aktif para perempuan melawan arus informasi membuat perempuan itu lebih kuat secara status dan dapat mengatasi problematik dominasi marjinal dalam dunia virtual. 


 Di sisi lain pada kota-kota besar mobilitas penduduk yang tinggi berakibat kurangnya intensitas pertemuan anggota keluarga untuk berkomunikasi secara langsung. 

Pada kasus lainnya, intensitas komunikasi yang terbatas telah membuat anggota keluarga lebih asyik dengan dunia media sosialnya sendiri. Kebersamaan dalam rumah tangga menjadi barang langkah. 

 Penyalahgunaan media sosialpun telah berimbas pada retaknya hubungan sosial masyarakat. Perselingkuhan yang berawal dari media sosial seringkali menjadi penghancur kehidupan rumah tangga. 

 Penggunaan media sosial yang berlebihan dan tak terkontrol membuat perempuan tersebut tersangkut masalah dengan pihak lain misalnya terlibat dalam pemberitaan hoax. 

 Tak jarang, perempuan juga menjadi obyek eksploitasi seksual, human trafficking, korban penipuan lelaki hidung belang dalam media sosial. Pencapaian perempuan pada berbagai bidangpun telah menimbulkan konflik yakni peran ganda antara karier di luar rumah (ekstra domestika) dan peran domestik. 

Veronika Kurnyangsi Pejuang literasi di Ruteng
 Perempuan juga semakin dituntut untuk cerdas dan berpikir cepat dalam mengantisipasi permasalahan. Salahsatunya berkomunikasi dengan pasangan hidup sebagai satu tim yang kuat. 

 Pada perempuan perkotaan dengan mobilitas yang sangat tinggi komunikasi yang intens menjadi salahsatu perekat hubungan dengan anggota keluarga. 

Komunikasi virtual merupakan alat untuk mendekatkan hubungan pada jarak yang jauh.Media sosial menjadi kekuatan penting bagi perempuan perkotaan yang super sibuk bekerja dan mengurus rumah tangga. 


Lasmi; Pejuang Literasi di Manggarai Timur

 Perempuan sebaiknya menunjukkan prestasi, karya, kecakapan dan peran dalam masyarakat dan tidak kalah dengan laki-laki. Dengan demikian gambaran ideal tentang perempuan akan tampil dalam media sosial.

 Perempuan sebaiknya lebih cerdas menganalisa konten media sehingga tidak terjebak dalam pemberitaan palsu. Perempuanpun dituntut memahami literasi media sosial dengan bijak dan berdaya, bisa merespond kontent media sosial secara arif. 

 Udah gitu aja dulu. Dari kampung untuk Indonesia. 

Anak-anak Taman Bacaan asuhan Veronika


Dari Papua Satu Tungku Tiga Batu Untuk Dunia

Dari Papua ; Satu Tungku Tiga Batu Untuk Dunia 

 By : Ani Paga 

 Papua negeri yang jauh di ufuk Timur Indonesia ternyata bukanlah negeri kaleng-kaleng. Betapa tidak, selain budayanya yang menarik dengan bakar batu, busana traditional yang dirajut dari tumbuhan, tas noken yang juga berbahan yang sama, bumi cendrawasih ini menyimpan potensi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. 

Sayapun bersyukur diundang lembaga terkait dan mendapat kesempatan mengikuti festival traveling bumi: Satu Tungku Tiga Batu sebagai simbol toleransi beragama di sisi barat tepi pantai Papua. Islam, Kristen, katolik menjadi tiga besar agama yang dianut penduduknya. Tentu saja agama Hindu, Buddha dan Konghucu juga hadir di sini. Negeri ini layak menjadi miniatur toleransi beragama, suku di Papua bahkan di dunia. Dari Papua untuk dunia. 



 Tiga hari mengikuti traveling festival di negeri penghasil pala ini membuat saya excited pada keindahan alam, budaya serta wisata baharinya. Pantai, keindahan taman lautnya mampu membuat mataku enggan terpejam menikmati keindahannya. Air laut yang biru, jernih dan bening, ditemani pasir putih yang terbentang luas tepat di depan barisan cemara-cemara mini cantik menambah kekagumanku pada negeri yang memiliki pulau-pulau kecil sangat cantik.


 Adalah kepiting asap menjadi makanan buruanku. Terasa enak disantap, membuat lidahku kembali mencap-mencap bergoyang lincah sembari menikmati music pop reggae Papua. Jangan anggap enteng dengan orang Papua. Vocal mereka terbilang nggak kalah merdunya dengan penyanyi-penyanyi kelas internasional. Rambut boleh keriting, kulit boleh hitam tapi soal uji kemampuan dalam dunia tarik suara, orang Papua jagonya. 

Akulah Papua menjadi tembang manis yang melejit persembahan putra asli Papua Edo Kondologit. 

 Jepangpun yang pernah menjajah Indonesia juga meninggalkan jejaknya di negeri penghasil pala itu. Tak tanggung-tanggung gua sepanjang 138 meter ikut menjadi catatan sejarah dan wisata yang menarik. Pemerintah daerahnyapun berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, mengedepankan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, pelestarian budaya pada pada daerah konservasi teluk Beraunya yang mempesona.


 Lebih terincinya nanti akan diulas pada session berikutnnya ya guysss. Yang ini aja dulu. Cabut ah. Hehehehe

Sekeping Kasih Untuk Mama

Sekeping Kasih Untukmu Mama. Satu ibu bisa merawat 10 anak, 10 anak belum tentu bisa membahagiakan satu ibu yang melahirkannya

 Writer : Ani Paga. 

 Di balkon depan kamar hotel itu aku kembali menatap laut Arafura dengan gemuruh ombak seakan menyapaku dengan nyanyian alamnya. Langit masih setia membentang warna biru menyatu dengan dagrasi birunya laut menyatukan rasa. Aku terus mencicipi, menikmati sajian alam dalam sebutir bening yang hening. 

 Tak sengaja pandanganku tertuju pada sesosok tubuh yang kian rentah melintas sembari mengais pada onggokan sampah. Entah apa yang dicarinya. Hatiku terenyuh ingin segera menyambanginya. Aku bergegas mengunci kamar hotel tempatku menginap selama 5 hari dalam tugas kantorku. Aku menuruni beberapa anak tangga hotel kemudian sesegera mungkin mengayunkan kakiku merapat pada sosok itu. Langkahnya membungkuk seakan tak bisa lagi menahan beban. 

 "Selamat pagi, mama" Aku mencoba menyapanya. Pandangannya perlahan beralih padaku, mencermatiku dalam keraguan. Agak lama dia membalas. "Ya, selamat pagi, anak" Balasnya. "Namaku Ani" Aku menyodor tangan kananku sebagai salam pembuka padanya . " Martha" Dia menyebut identitasnya. "Mama sudah makan? " "Belum, Ani" "Ok, kalau gitu, kita dua makan di restaurant itu ya" 

Aku mengarahkan jari telunjukku pada satu restauran yang tak jauh dari hotel. Dia menganggukkan kepalanya pertanda menyetujui tawaranku. Aku menggandengnya, kemudian menuntunnya menuju restaurant.Aroma tubuhnya sedikit tak sedap menyembur menuju hidungku. ' Ah, tapi aku tak boleh menghindar dari ibu ini. Dia butuh sentuhan kasih sayang" Gumamku. Aku terus melangkah bersamanya hingga memasuki restaurant itu. Aku mempersilahkannya duduk pada kursi tepat berhadapan denganku. 

Sekulum senyum dia arahkan padaku seakan kebahagiaan itu melengkapi hidupnya . Aku meminta list menu pada seorang waitress restaurant. Kusibak semua menu yang tertera. "Mama mau makan dan minum apa? " Dia rupanya belum pernah menikmati makanan di restaurant berinterior semegah dan artistik itu. "Apa saja Ani. Atur saja" "Baiklah, mama" Aku menawarkan gambar soup Iga baginya. "Ya, beta mau itu" dia menunjukkan jemarinya pada menu itu dengan logat Tanimbar Malukunya. Sementara aku sendiri memilih menu Indonesia Timur ikan kuah asam yang saya rindukan dan selalu menjadi buruanku setiap kali bertugas ke wilayah Indonesia Timur. 

 "Ani tinggal di mana? " "Beta tinggal di Jakarta, mama" Dahinya sedikit mengerlit tak menyangka mungkin karena faceku menunjukkan aku berasal dari ras Indonesia Tengah. "Ya, mama. Beta asal dari Flores Barat tapi Beta tinggal di Jakarta" 'Ani datang apa di Tanimbar? " "Beta datang tugas, mama" Tidak lama berselang soup iga panas serta makanan kesukaanku ikan kuah asam mendarat pada meja makan kami berdua. "Ayo mama, mari sudah katong makan dulu" Aku mengajaknya menikmati makanan itu. 

Dua gelas teh manis hangat juga ikut melengkapi menu makan kami saat itu. Terlihat dia begitu nikmat melahap masakan soup iga. Aku mencuri-curi pandang padanya. Sedikit demi sedikit soup iga dihabiskannya. "Terima kasih ya Tuhan, engkau telah mempertemukan aku dengan ibu ini" Aku bergumam dalam hati sembari menghabiskan ikan kuah asam kesukaanku. "Mama mau minum juice alpukat atau jeruk?" "Terserah Ani saja" 

Akupun meminta seorang waitress mencatat pesananku segelas orange juice untuk mama itu. "Mama, tinggal dengan anak ko? " "Seng, Ani" "Mama pung anak berapa orang" "Ada 4 orang" " Boleh tau mereka tinggal di mana? " " Dua orang di Jawa, satu di Bali dan satu lagi di sini" "Oh begitu. Anak mama di sini seng tinggal sama mama?" " seng, Ani. Mereka tinggal di rumah lain" "Mama pung anak di Bali dan Jawa sering pulang kah? " "Seng juga Ani" "Mama pung anak di sini sering ke rumah liat mama kah seng? " Aku memburunya penasaran. "Seng juga Ani. Satu kali dalam tiga bulan dia datang ke rumah " "Kenapa begitu, mama. Kan masih satu kota. Terus siapa yang memasak makanan mama di rumah serta mengurus kebutuhan mama" "Ya mungkin karena beta sudah tua sehingga dia pikir beta seng perlu diperhatikan" Aku tersentak menyimak jawabannya. 

Sepertinya dia begitu menyimpan kekecewaan yang sangat dalam pada puteranya itu. Sementara ketiga anaknya yang lain jarang pulang bahkan berkomunikasi secara intenspun tidak dilakukan. Mama Martha begitu memendam kerinduan menahun. Terlihat wajahnya mulai menampilkan sendu. Akupun merasakannya, andai saja ibu ini berdomisili di Jakarta aku kan selalu mengunjunginya. Sayang jarak antara Jakarta - Tanimbar terpaut jauh ribuan kilometer. 

 Jam makan kamipun usai. Aku meminta bill pada waitress. Kusodori dua lembar bernilai seratus ribu Rupiah untuk membayar makanan yang disajikan pada kami. "Ani, dangke banyak. Semoga Tuhan memberkatimu" Ucapnya lirih sembari menyodor sekulum senyum. "Sama-sama mama, mohon maaf hanya ini yang saya bisa persembahkan buat mama" Aku menjabat erat tangannya, mendaratkan ciumanku pada tangannya. 

 Kamipun pamit meninggalkan restauran itu. Lagi-lagi aku menuntunnya kemudian mengarahkannya pulang ke rumahnya. Aku menghentikan satu unit angkutan kota, menitipkannya pada sang sopir menuju rumahnya. Kamipun berpelukkan erat pada ujung perpisahan. "Hati-hati di jalan mama" Aku menguatkannya. Kepalanya diangguk dan menaiki angkutan kota itu. Aku masih saja mengamatinya pada angkutan kota yang kian menjauh serta menghilang dari pandanganku. Terima kasih semesta. 

Telur Sang Buaya Darat; Icip-icip Wisata Flores

Telur Sang Buaya Darat; Icip-icip Wisata Flores. 

 Catatan rengkampong Ani Paga. 

 Flores itu menggetarkan jiwa Flores itu memanjakan mata Flores itu make your Mind be fresh Flores itu a real flower island Flores itu beragam budaya Flores itu kaya keindahan alam Flores itu surga wisata. 

 Seorang anggota polisi asal Jakarta yang sedang bertugas di Flores mengatakan "kak Ani, Flores n NTT tuh Mantap wisatanya" "Ember (emang benar). Baru tau lu. Makanya lu jangan ngeram aja di Jakarta hehehhee"Jawabku dalam dialeg Betawi. 

 Sepeda motor itu kembali membawaku menuju Batu Cermin satu kawasan wisata yang berlokasi di kota Labuan Bajo. Seorang supervisor rekonstruksi Batu Cermin dengan sigap menghadangku. Rupanya aku nggak diijinkan memasuki kawasan wisata itu. "Aku ingin menulis Batu Cermin, mas" Protesku pada supervisor itu. "Oh kalau niat ibu menulis, aku sangat dukung, bu. Promosi wisata Batu Cermin. Sayangnya saat ini belum boleh, bu. Kami sedang mengerjakan proyek, menata kembali landscape-nya" Papar sang supervisor asal Jakarta itu. "Aduh mas, peace deh. Sekali ini saja koq" Pintaku. "Nggak bisa, bu. Ibu harus ada ijin tertulis dari PUPR" "Oh gitu. Okeylah kalau gitu" 

 Aku ditemani tukang ojek pun tancap gas menuju kantor PUPR setempat. Lagi-lagi aku memendam kekecewaan. "Maaf ya bu. Belum boleh. Ntar kalau udah selesai pengerjaan penataan kawasan itu ibu boleh datang lagi" Aku kembali meminta tukang ojek mengantarku pada kantor Taman Nasional Komodo. Di sini aku harus bersabar ria lantaran petugas masih break time for lunch alias jam makan siang. Agak lama aku menunggu. Dan taraaaaaaa. tepat pada angka 2 pm aku diperbolehkan memasuki ruangan. 

Akupun tak mau kehilangan kesempatan cekrak cekrik mengarahkan kameraku pada fosil Komodo. Tentunya atas ijin petugas. Telur sang Buaya Daratpun tak luput dari perhatianku. Lagi-lagi aku soroti kameraku secepat kilat petir dan Yesss aku berhasil mengabadikannya. Aku berhasil mendapatkan literatur yang mengulas kehidupan Komodo yang ditulis dalam bahasa Inggris. 

 Akupun pamit dari TNK Office n meluncur ke kantor Dinas Pariwisata. Sayangnya brosur aku tak dapatkan di sini. Rupanya kehabisan brosur. Ya udah deh, aku ngopi aja dulu bersama tukang ojek. Siangnya sempat mencicipi keindahan kota wisata super premium itu sembari mencicipi semangkuk mie rebus di pinggir pantai. 

 Aku mencoba menelepon salah satu personil yang berada di posisi top management kantor BOP Labuan Bajo. Mana tau bisa gali informasi pariwisata lebih lengkap. Di sore hari, Lagi-lagi aku nggak mau kehilangan kesempatan menikmati sunset di Puncak Waringin. Di sini puas deh. Kapan ya, langit Jakarta menyatu dengan dagrasi birunya laut seperti di Flores?. Just a dream. So, masih ragu kalau NTT ada apanya? NTT tuh Apa Adanya. Yuk ke NTT aja wisatanya. 

Flores Bukan Negeri Kaleng-kaleng

Flores Bukan Negeri Kaleng-kaleng 

 Catatan Wisata Ani Paga 

 Flores demikian nama pulau yang bentuknya mirip ular. Beberapa kali saya dihadapkan pertanyaan teman-teman di Jakarta tentang keberadaan pulau yang namanya disematkan orang Portugis Mr S.M Cabot itu. "Flores itu berada di luar negeri ya bu Ani. Bahasa apa yang digunakan sehari-hari di Flores" demikian beberapa pertanyaan yang sempat mampir pada kuping penulis. 

 Menghadapi pertanyaan seperti ini terkadang tandukku ingin berdiri juga. Emangnya gue setan gentayangan hehehehe. Ya, Nggak lah. Setidaknya masih terekam kuat pelajaran geografi di bangku SD jaman dahulu atau kalau jaman now bisa searching ria di google map-lah. "Bahasa Inggris, sesekali kami menggunakan bahasa Indonesia dan Flores ya benar berada di sebelah utara Australia. Kalau mau berenang dari Australia dekat koq. Tinggal mengambang di Samudera Hindia masuk laut Sawu, ketemu deh Floresnya" Jawabku ketus mengibulin sang penanya. 

 Ya, sekali lagi, silahkan buka google map pasti bakal nemu pulau yang memiliki panjang 354 km dan lebar 66 km itu. Secara administratif, pulau Flores itu sendiri masuk dalam provinsi Nusa Tenggara Timur. Jangan bilang lagi Flores itu dekat Biak Papua ya atau Flores itu dekat Medan ya bu Ani (jauh amat mbak), Flores itu di Australia ya bu Ani. Flores itu diapiti perairan laut Flores yang terbentang antara Sulawesi dan Flores, selatannya gemuruh ombak laut Sawu ikut menambah pesona pulau yang bertetangga dengan pulau Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat itu. Nah, cukup jelas kan? .

 Mau tau apa aja obyek wisata yang menarik di Flores? Pokoknya dijamin puas deh, nggak bakal nyesal kalau berwisata ke Flores. Labuan Bajo menjadi gate way to Flores. Di ujung barat pulau ini, Komodo sang reptil raksasa akan menyajikan atraksi menarik seputar alamnya yang membuat anda akan kembali menicicipi surga wisatanya. Belum lagi keindahan pulau-pulau kecil lainnya yang membuat anda berdecak kagum, ditambah lagi keindahan deretan bukit bak lukisan alam yang membentang indah. Aku aja tak bosan-bosan mencicipi keindahan Labuan Bajo dan Flores umumnya. Anda juga bisa menyaksikan atraksi beragam budaya yang menarik, mengagumkan. 

 Keindahan alam dan budayanya lagi-lagi tergambar pada sawah yang berbentuk jaring laba-laba yang merupakan sistem pembagian lahan pertanian di Manggarai Flores. Anda nggak bakal nemu di lokasi lain. Hanya di Manggarai Flores. Noted ya. Wae Rebo, Kampung Bena adalah kampung tradisional yang masih mempertahankan etnik tradisionalnya. Siap2 aja tarik urat berwisata ke lokasi ini. Tapi puas koq. 

 Semakin ke timur Anda bisa nikmati piramida alam bak lukisan alam pada gunung Inerie di Kabupaten Ngada, Keindahan 17 pulau di kabupaten Nagekeo serta beberapa spesies Komodo yang berwarna gold dan bertubuh sedikit langsing ketimbang kadal raksasa di Komodo National Park - Manggarai Barat. Di Ende akan disuguhi museum sejarah tempat diasingkannya proklamator kemerdekaan Republik Indonesia mr Bung Karno. Sekitar 60 km dari kota Ende akan disajikan keajaiban dunia Kelimutu; 3 danau volcano yang warnanya bisa berubah sesuka hatinya. Nggak percaya? Ke sana aja sendiri atau mau gue antar n jadi guide. Ayoooo. 

 Makin ke timur Anda akan menikmati keindahan budaya di kabupaten Sikka berupa tenun ikat dan atraksi budaya lainnya serta keindahan pantainya yang wow. Keindahan pantai terus berlanjut hingga ujung timur Flores yakni di kota Larantuka. Di sini obyek wisata banyak juga ditampilkan. Oh ya, di sini Anda bisa menyaksikan langsung wisata pilgrim berupa seremonial Semana Santa dan Jumat Agung yang dirayakan setiap perayaan Paskah. Sebagai souvenir jangan lupa beli kain tenun di Flores. Motifnya beragam sesuai budayanya. Sesekali koleksi kain tenun kenapa. Hehehhee 

 Nah, info wisatanya lengkap kan? Flores bukan Kaleng-kaleng

Mengejar Ombak Di Pantai Selatan Flores

Mengejar Ombak Di Pantai Selatan Flores

 Catatan wisata Ani Paga

 Langit masih membiru menawarkan senyum pagi tatkala kami berkonvoi menerobos hutan belantara yang terbentang seputar danau Rana Mese di Manggarai Timur Flores. Suhu udara dingin menusuk kulit hingga menembus sum-sum tulang belakang. Sang mentari dari timur kian mengangkasa, memancarkan sinarnya pada kehidupan penduduk. Sang petani mulai melangkah, membersihkan kebun mereka. Kiri kanan jalanpun menyajikan pesona alam ๐ŸŒฟ๐Ÿƒ yang menyejukkan mata.

 Kendaraan yang kami tumpangipun terus melaju menuju Borong sebagai ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Suhu udara di luar sana berganti kian terasa menyengat tatkala kami melintasi ruas jalan di sisi selatan Toka kemudian memasuki kota Borong. Pada salah satu rumah makan dekat jembatan ๐ŸŒ‰kendaraan kami berhenti membeli bekal makanan. 

Sementara dua mobil milik teman kami yang lainnya telah meluncur lebih awal menuju pantai Liang Bala sebagai lokasi obyek wisata yang akan kami tuju. Tak lama berselang kami segera tancap gas menuju pantai yang jaraknya satu kilo meter lebih arah timur dari kota Borong itu. Akupun segera mengaktifkan Global Positioning System (GPS) yang memudahkan navigasi mencari destinasi wisata yang menjadi tujuan kami. 

 Birunya laut Sawu yang kembali menyatu dengan gradasi langit biru ๐Ÿ”ตmembuat mataku enggan terpejam ingin segera menikmati keindahan pantai itu. Hingga pada lokasi yang dituju kendaraan kami berhenti. Beberapa kendaraan berjejer parkir di pinggir jalan. Kamipun menuruni jalan setapak di antara perkebunan menuju bibir pantai. Suara gemuruh ombak yang begitu kencang seakan menyambut kami. Langkah kami terus melaju hingga pantai Liang Bala. 

Terlihat wisatawan lokal sangat ramai menikmati keindahan pantai itu. Akupun segera mengeluarkan kamera Handphoneku membidik gulungan ombak putih yang menerjang bebatuan dan pasir pantai. Aku sengaja mengenakan ๐Ÿ‘’dress pantai bermotif bunga merah. Cekrak cekrik kameraku menangkap atraksi ombak putih yang menyambut kehadiranku. Akupun beralih pada bebatuan cantik yang menghiasi pantai di sisi barat. Bebatuan itu tampak menarik memenuhi pantai. Tentu saja aku tak mau kehilangan moment langkah ini. Terlihat beberapa deretan batu itu patah dan sedikit amblas. Rupanya patahan itu ๐Ÿ‘‰ merupakan hasil gesekan tanah yang bergerak yang disebut likuifaksi. Hmmm seram juga. Tapi ah sudahlah. 

 Gemuruh ombak putih yang lagi-lagi menghantam bebatuan itu kembali menarik perhatianku dan melupakan amblasan bebatuan itu. Aku terus mengejar ombak itu. Akupun dipanggil seorang anak muda yang merupakan putra sahabat SMPku tempo doeloe menuju lokasi makan siang kami di bawah teduhan pepohonan. Teman-temanku rupanya telah menyediakan makanan berupa nasi putih dilengkapi ikan serta ayam panggang ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ“yang maknyos menggoyangkan lidah. Ahaaa lezatnya aduh mama Mia.

 Teman-temanku yang berdomisili di pulau Jawa kami hadirkan dalam video ๐Ÿ“น๐ŸŽฅ๐Ÿ“ผcall ikut menikmati sajian kami berupa ayam dan ikan bakar segar serta kemolekan tubuh ombak putih yang tak jemu menampilkan atraksinya di pantai selatan pulau Flores itu. Waktu makan siangpun berlalu, kamipun bergegas mengganti busana, mengenakan celana pendek dan t shirt kemudian menyambangi pada bagian timur pantai. Pasir berwarna krem menanti kehadiran kami. Sesekali aku terbaring di atas tebaran pasir itu sembari menikmati alam ๐ŸŒฟ๐Ÿƒ dan gulungan ombak putih yang terus menyapa kami. 

Sunglasses tentu saja menjadi asesoris yang wajib aku kenakan melawan sinar matahari☀๐ŸŒ•๐ŸŒ yang menyilaukan pandanganku. Ombak putih yang terus menerjang membuat nyaliku agak ciut untuk menceburkan diri dalam gulungan ombak. Maklum aku terlahir sebagai anak gunung yang jarang bercengkerama dengan ombak. Aku mencoba berendam pada kolam alam yang airnya merupakan terjangan air laut. Lino anak ganteng putra sahabatku Meli Deor kuajak menemaniku berendam. Rupanya dia sangat lincah berenang di kolam itu. Senjapun meminta kami bergegas ๐Ÿƒ๐Ÿƒkembali berganti busana dan meninggalkan ๐Ÿ๐Ÿ€pantai yang indah itu. Kendati enggan melangkah kamipun berpamitan pada pantai itu dan memasuki mobil ๐Ÿš˜๐Ÿš—๐Ÿ“ฑyang membawa kami kembali ke kota. Alam Flores memang ๐Ÿ˜๐Ÿ’“indah dan selalu menggoda pencinta wisata alam ๐ŸŒฟ๐Ÿƒmencicipi sajian alamnya yang aduhai.

Perjalanan Panjang Itupun Berakhir Di Ibukota

Perjalanan Panjang Itupun Berakhir di Ibu Kota 

 Catatan perjalanan Rengkampong Ani Paga 


 Jarum jam menunjukkan angka 8 am waktu Flores saat aku bersama pasukan keponakan mengantar aku menuju Komodo Airport di ujung barat pulau Flores. Aku kemudian didrop pada bandara termegah di Flores itu. Kondisi pandemi covid 19 yang telah berlalu membuat arus wisatawan kembali mengalir pada kota Labuan Bajo sebagai kota wisata premium di era milenial. Wisatawan mancanegarapun terlihat kembali mencicipi kemolekan pariwisata di pulau yang menyimpan sejuta keindahan alam dan budaya itu. Apalagi kalau bukan komodo sebagai trade mark industri pariwisatanya didukung keindahan alam serta budaya Flores yang membius para wisatawan dari belahan dunia.

 Kehidupan pariwisata kembali menggeliat di pulau Flores yang berbatasan langsung dengan provinsi Nusa Tenggara Barat itu. Aku sendiri sempat menyambangi beberapa obyek wisata di pulau tercantik itu. Keindahan alamnya wow bikin betah dan nggak ingin balik ke markas di ibukota. 

 Saat itu  mengambil Labuan Bajo sebagai starting point ✈penerbanganku. Usai didrop keponakan aku memburu counter check in salah satu maskapai yang akan kutumpangi menuju ibukota Jakarta. Proses check in-pun berjalan lancar dan aku kembali menemui keponakanku yang menunggu di luar sana. Kekwatiran akan pelayanan buruk maskapai ini sempat terlintas dalam benakku. 

Tahun 2015 lalu menjadi moment terakhir aku menggunakan maskapai itu dan kini nggak ada salahnya jika aku mencoba kembali. Kali ini servicenya mematahkan dugaanku. Dia hadir on time menjemput para penumpang. Dalam boarding pass tertera kota pahlawan Surabaya menjadi transit penerbangan kami. Lunch box yang aku beli pada salah satu kantin di bandara Labuan Bajo berisi nasi ikan goreng plus lalapan kulahap habis. Beruntung aku sengaja membeli makanan itu. 

Kebiasaan maskapai itu tidak menyediakan makanan berat telah terekam jelas dalam benakku. Seorang pramugari cantik sempat melirik aksi makanku. Akupun melempar senyum manis padanya menyambut sapaan senyumnya. Entah mengapa, di tengah penerbangan terdengar pengumuman pulau Dewata Bali menjadi lokasi transit. Tak apalah toh aku bisa jalan-jalan manis di pulau bermayoritas agama Hindu dan terkenal dengan keindahan alam dan budayanya itu. Kamipun berhasil landing di bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. 

 Di bandara itu para penumpang sempat tertahan di dalam cabin. Kipas-kipaspun terlihat sempat menjadi atraksi dalam cabin. Suhu udaranya cuy bikin resah gelisah dan pada akhirnya pihak ground staff dari passenger handling di darat mengijinkan penumpang meninggalkan body pesawat itu kemudian dijemput shuttle bus menuju gedung terminal dan check in pada penerbangan berikutnya.

 Penerbangan menuju kota pahlawan sempat tertunda.beberapa penumpangpun melempar beberapa pertanyaan pada petugasnya. Lalulintas yang padat di bandara Juanda menjadi alasan pendingnya penerbangan kami. Anehnya, di tengah penantian kami kembali mengajukan pertanyaan seputar penundaan. Beberapa wisatawan asing asal Eropah dan Indiapun ikut gelisah. Lagi-lagi jawaban "runway rusak di bandara Juanda" menjadi alasan penerbangan kami tertunda. Okay-lah kalau begitu. Setelah menunggu ria kamipun berhasil diterbangkan menuju bandara di Sidoarjo Jawa Timur itu. 

 Lagi-lagi kami dijemput shuttle bus menuju gedung terminal bandara dan menembus pemeriksaan ketat X-Ray di gedung terminal bandara internasional itu. Dalam boarding pass tertera take off pada pukul 17.10 waktu setempat. Akupun menyempatkan diri memesan dinner menu seporsi nasi capcay pada Restaurant Bakmi yang tak jauh dari waiting room. Hingga waktu take off yang tertera dalam boarding pass pemberitahuan boarding timepun belum terdengar. 

Terlihat guratan resah gelisah terlukis di wajah beberapa penumpang. Bisik-bisik tetanggapun mulai terdengar. "Jangan-jangan lelet lagi jadwal penerbangan" demikian seorang penumpang berceloteh sembari melirik pada bagian informasi si maskapai. Petugas tak tampakkan diri pada counter itu. Beberapa penumpang menuju Balipun mengalami hal yang sama. Keberangkatannya menuju Bali tertunda. Iya deh sing sabar aja menunggu. Nasi capcayku yang terbungkus rapih tak kusentuh. Aku kwatir jika sementara makan berlangsung secara mendadak disuruh boarding. Aku mengisi baterai androidku hingga full. Benar saja penerbangan kami tertunda dua jam dari jadwal yang tertera dalam boarding pass. 

Saat take off aku menikmati penerbangan kendati rasa kesal berkecamuk di dalam dada. Yang penting sampai tujuan cuy. Nasi capcay kuembat dan disikat habis kemudian meluncur bebas menembus isi perutku. Aku kemudian berlarut dalam tidur dan mimpi indah bakal sampai dengan selamat di Jakarta. Angka 8 pm lebih kami berhasil landing di bandara Aerotropolis Soekarno Hatta Cengkareng itu. Menunggu barang bagasi tak begitu lama. Aku melangkah mencari taksi papan atas yang membawaku ke markasku. Terima kasih sang maskapai yang mengajarkan kami kesabaran panjang dalam touring sehari kendati sejatinya jika direct flight hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam penerbangan. 

 Oh la la Menguji kesabaran melewati ngomel-ngomel manja penumpang itupun menjadi indah pada saatnya. Happy monday

Menatap Senja Di Tanjung Bunga Labuan Bajo

Menatap Senja Di Tanjung Bunga Labuan Bajo; 

 Catatan pojok wisata Ani Paga 

 Jarum jam mulai bertengger di angka 4 pm tatkala keponakanku Nona Paga (petrasia krisolina) menjemputku pada rumah keponakanku yang satu lagi di kawasan Wae Kesambi Labuan Bajo. Adalah kak Waty Rachman seorang sosok yang rendah hati ❤๐Ÿ’ž sejak tahun 2021 mengundangku menyambangi Tanjung Bunga ๐ŸŒบ๐ŸŒป๐ŸŒน๐ŸŒทsebagai markasnya bersama suami tercinta kak Gabriel Mahal.

 Di bulan Mei 2022 sehari sebelum aku kembali mengangkasa menuju Jakarta akupun menghubungi kak Waty memberitahukan jika aku tengah berada di kota premium itu. Spontan, kamipun sepakat akan ๐Ÿšถ๐Ÿ‘ญbertemu di vila milik mereka di Tanjung Bunga yang berlokasi tak jauh dari Batu Gosok. Dari beberapa postingan kak Gabriel dan kak Waty aku terpesona pada keindahan Tanjung Bunga tentu saja membuat aku penasaran. 

 Kak Watypun secepat kilat share location padaku melalui aplikasi whatsapp chat. Akupun tak mau lama-lama mengaktifkan Global Positioning System pada androidku kemudian bersama keponakanku Nona Paga tancap gas menuju Tanjung Bunga. Tercatat 23 menit waktu yang harus kami lalui dengan jarak tempuh sejauh 9,5 km. 

 Menyusuri jalan berkelok di antara tebaran bukit cantik yang menghijau, memanjakan mata memaksa aku turun dari kendaraan roda dua untuk sejenak mencicipi keindahan tubuh bukit itu. Ah betapa aku sebagai orang Flores sangat mensyukuri anugerah terindah dari Tuhan pada pulau asalku itu. Adalah pohon lontar ๐ŸŒด๐ŸŒดyang tumbuh menjulang tinggi melambaikan tangannya padaku dari atas bukit berlatarbelakang laut biru ๐ŸŒŠ memaksa aku membidiknya. 

 Lagi-lagi cekrak cekrikku kembali beraksi menangkap keindahan alam Labuan Bajo. Kamipun kembali menarik pegas menuju lokasi ๐Ÿ“๐Ÿ“๐Ÿ“yang dituju.Kendaraan kamipun merapat pada satu spot cantik yang belakangan bernama G Spot Tanjung Bunga itu. Entah Huruf G bermakna apa. Bisa jadi merupakan inisial nama kak Gabriel. Wow, pesonaTanjung Bunga is so amazing. Terlihat kak Gabriel sedang duduk santai mengawasi pembangunan cafe miliknya. Kamipun bersalaman. 

Kabarnya di lokasi ini banyak wisatawan berdiri menikmati sajian keindahan alam laut biru, Sunset kemudian bentangan langit ⛅⛅๐ŸŒ jingga yang memancar di sore hari. Tak lama berselang, kami menuruni jalan setapak menuju vila. Pohon ๐ŸŒณbidara yang cantik ditemani nyanyian burung Tanjung Bunga yang bertengger di pohon itu menyambut kehadiranku bersama keponakanku. Di sana terdapat beberapa jenis burung yang bersahabat. Sang nyonya kak Watypun menampakkan batang hidungnya dengan senyum manis ramah menyalami kami kemudian membawa kami pada vila. 

Wow, dari pelataran vila ini kami disuguhi keindahan pantai dan laut ๐ŸŒŠbiru yang sangat indah. Aku melempar pandanganku pada tatanan batu alam yang menempel pada dinding. Sangat artistik. Jendela yang terbuka terkesan menjadi frame menangkap sajian lukisan keindahan alam dan Sunset di luar sana. Kamipun diajaknya menjelajah kawasan Tanjung Bunga itu. Pondok kecil yang tak jauh dari vila menjadi spot cantik berikutnya yang kami datangi. 

Beberapa properti seperti tikar pandan khas Manggarai digelar, roka cepa (tas anyaman bambu) bernuansa etnik Manggarai terlihat melengkapi pondok itu. Tak ketinggalan ijukpun menghiasi tiang pada pondok itu. Back to nature demikian konsep yang mereka gunakan sesuai selera wisatawan jaman now terutama wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik dari kota besar seperti Jakarta yang haus keindahan alam ๐ŸŒฟ๐Ÿƒ. 

 Akupun beberapa kali mendapat serangan pertanyaan " koq bu Ani kalau ke Flores sering foto alam? ๐Ÿ“ท๐Ÿ“ท". Akupun menjelaskan ' kami di kota besar haus dan lapar keindahan alam seperti pulau Flores. Di Jakarta tak ada pemandangan alam seindah pulau Flores. Air laut Jakarta itu berwarna hitam pekat akibat timbunan sampah yang mengalir termasuk limbah pabrik yang tak terkendali mengotori air sungai yang mengalir menuju laut. Langit Jakarta itu sudah tak lagi membiru. Polusi udaranya kian parah dengan tingkat pencemaran yang tinggi" 

 Merekapun manggut-manggut mendengar ulasanku. Jakarta sebagai kota terpadat menyumbang kualitas udara terburuk dengan konsentrasi rata-rata PM 2,5 tahunan di tahun 2021 adalah 39,2 mikrogram/M3.Disinyalir melebihi pedoman Badan Kesehatan Dunia PBB yakni WHO. Maka tak heran, jika polutan ini berimbas pada munculnya efek negatif bagi gangguan kesehatan penduduk Jakarta seperti penyakit jantung, stroke, asma, gangguan paru-paru bahkan hingga berujung pada jutaan kematian setiap tahunnya. 

 Kembali pada Tanjung Bunga.

 Dari pondok kecil kamipun diajak kak Waty home touring pada seputar dapur tempat masak, pantri yang menyatu dengan ruang makan terbuka. Kamar tidur mereka tersembunyi di bagian belakang dapur dengan kasur beralaskan lantai. Hembusan angin laut menembus hingga ke kamar tidur private itu.

 Wah benar-benar konsep desain rumah yang bersahabat dengan alam dan ramah lingkungan. Kamipun disuguhi minuman hangat kopi Manggarai yang lezatooo nikmatnya, black Forest dan pisang rebus. Dari sini sejenak kami ngobrol di bawah teduhan pohon bidara. Di atas atap pohon tergantung beberapa Potang (rumah ayam ๐Ÿ”๐Ÿ“; bahasa Manggarai-red). 

Senjapun menjemput dan ๐Ÿ“๐Ÿ”๐Ÿคayam-ayam itu berterbangan kemudian bertengger di atas pohon bersama potang seakan ikut menyimak obrolan kami. Kak Gabriel masih asyik menyiram tanaman bunga dan sayuran yang ditanamnya. Telaten banget ya kak. Gambaran seorang advokat yang rendah hati dan peduli lingkungan hidup. 

 Senja kian merapat dan langit jinggapun menyapa kami. Segerombolan tamu berikutnya datang bertandang ke Tanjung Bunga. Kak Waty menyempatkan diri menyuguhi mereka minuman kemudian kak Waty bersama kami pamit pada kak Gabriel. Kamipun bergegas menuju mobil mereka yang terparkir di atas sana dan tancap gas menyusul keponakanku Nona Paga kembali ke tengah kota Labuan Bajo. 

Kak Waty kembali menawariku agar menginap di Tanjung Bunga pada kedatanganku berikutnya. Boleh deh kak merasakan angin laut segar ๐Ÿƒ๐Ÿ’ฆTanjung Bunga di malam hari kemudian bercengkerama dengan birunya laut ๐ŸŒŠ. Atas permintaanku, Kak Watypun menurunkan saya di kampung Ujung. Nona yang dengan sabar menungguku mengajakku menikmati Water Front Labuan Bajo yang terbentang di tepi pantai kota di ujung barat Flores itu. Sementara keponakan yang satu lagi Efrida Yanti bersama suami dan anak-anaknya tak sabar lagi menunggu kehadiranku dalam acara makan malam bersama mereka di rumah kediaman mereka pada kawasan Wae Mata Labuan Bajo. 

 Terima kasih pada kak Gabriel, kak Waty, Nona Paga, enu Efrida, enu Bety Paga, nana Beny, enu Nitha Bethan, nana Jhoze Paga, nana Altu juga adik Chris

Todo; Jejak Kampung Tradisional Jejak Budaya Manggarai Masa Lalu

Todo; Kampung Tradisional Jejak Budaya Manggarai Masa Lalu.

 Catatan pojok budaya Ani Paga 

 Todo merupakan satu kampung yang berlokasi di Satar Mese Barat Kabupaten Manggarai pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari Ruteng sebagai pusat ibukota kabupaten, kampung Todo bisa ditempuh jarak sejauh 46,4 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, 25 menit. Selama perjalanan menuju kampung ini banyak pemandangan alam indah yang membuat mata enggan terpejam. Pokoknya asyik banget. 

Saya sendiri pernah menyambangi Todo di tahun 2004 saat terlibat dalam kegiatan politik seorang anggota DPR RI dan berhasil mengantarnya duduk di kursi emas gedung yang mulia Senayan Jakarta. Memasuki kampung ini aku terpesona dengan bebatuan dengan permukaan ceper yang tertata indah. Sayapun melempar pertanyaan pada seorang pak tua yang merupakan tokoh adat di rumah adat Todo seputar bentuk batu yang ceper pada halaman kampung itu. Jawabannya membuat aku kagum.Betapa tidak, kebetulan leluhurku dari pihak ibu yang bernama popo Kanta berasal dari kampung ini. Si pak tua menjelaskan kalau batu rata yang menghiasi wajah kampung itu berfungsi sebagai keset untuk membersihkan kaki para tamu atau para pegawai kerajaan sebelum memasuki rumah adat itu. 

 Wow betapa luhurnya budaya nenek moyangku. Meriam tua terlihat menjadi properti halaman kampung ini. Tidak salah, Todo merupakan pusat kerajaan di masa silam sebelum pindah ke Ruteng. Akupun mengeluarkan beberapa lilin dari dalam tas ranselku kemudian kunyalakan lilin itu pada kuburan tua yang merupakan makam leluhurku. 

 Rombongan kamipun memasuki rumah adat dan kamipun menyerahkan beberapa botol beer pada tokoh adat. Merekapun menyambut kami dengan hangat. Tak lupa tatanan gelas yang berisi minuman kopi Manggarai mendarat di depan kami. Kamipun menikmatinya dengan senang hati. Rasanya boooo beda banget pokoknya sensasi kopi Manggarai Flores enak di lidah menembus isi perut dalam kelelahan. Gluk gluk gluk nikmatnya lezatooo. 

 Seekor ayam ๐Ÿ”๐Ÿ“๐Ÿค dipersiapkan untuk menyambut kami dan kemudian dibuat acara pemotongan ayam yang akan dipersembahkan pada leluhur dalam acara teing hang (sesajen; persembahan pada leluhur). "Boto manga babang agu bentang" demikian satu kalimat yang keluar dari mulut sang tokoh adat yang maknanya agar leluhur kami tidak kaget serta menerima maksud baik kedatangan kami. Pandanganku kuarahkan pada seluruh sudut ruangan. Satu rumah ini dihuni beberapa keluarga dan tentunya memiliki kamar tidur yang mengelilingi ruang utama. Sangat eksotik interiornya. 

 Di sini masih tersimpan sejarah masa lalu berupa Gendang Loke Nggerang yang terbuat dari kulit perut seorang gadis asal Ndoso Manggarai Barat yang menjadi korban perebutan cinta antara kerajaan Bima di pulau Sumbawa, Goa di Sulawesi serta raja Todo di Manggarai Flores. Kata Loke dalam bahasa Manggarai Flores memiliki arti sebagai Kulit dan Nggerang diterjemahkan sebagai memancarkan cahaya. Konon kabarnya sang putri bidadari cantik yang merupakan putri dari bu Hendang dan pak Awang ini pada punggung serta perutnya memancarkan cahaya hingga ke langit. 

Hingga kini gendang itu masih tersimpan dengan baik. Untuk memperlihatkannya pada pengunjung sebelumnya dilakukan acara adat. Hingga kini beberapa rumah adat berarsitektur budaya asli Manggarai masih berdiri kokoh di kampung ini. 

Selain Todo, kampung Wae Rebo yang kini masuk dalam deretan catatan UNESCO sebagai warisan dunia ๐ŸŒdalam kebudayaan merupakan satu kampung tradisonal yang ramai dikunjungi wisatawan. Coba, pulau Flores kurang apa dalam keindahan. Ngapain jauh-jauh jalan-jalan ke luar negeri. Ke Flores aja. Flores itu sangat eksotik, percaya deh pada omongan gue. Kamu nggak bakal nyesal keluarin duit. Recomended banget buat kamu-kamu yang suka traveling rame-rame atau backpacker. Elu sih nggak percaya omongan gue. Sini join aku ke Flores. yukkk Happy sunday. Thanks to nana Gusti Rumat sumbangan fo

Jangan Menghukum Alam Karena Alam Kan Menghukummu

Jangan Pernah Menghukum Alam Karena Alampun Akan Menghukummu. Part 2.

 Tangisan rindu pencinta alam Writer : Ani Paga 

 Mobil Avanza itu melaju kencang dengan kecepatan 60 km per jam. Udara segar pada pinggir area hutan itu membuatku semakin bergairah menelusuri lebih jauh, mencicipi keindahan alam di hutan itu. Aku yang selama puluhan tahun tinggal di Jakarta tentu saja sangat menikmati udara hutan yang sejuk kendati tak sesejuk masa kecil kami dan tak kutemukan di ibukota negara.

 Kalau di Jakarta terdapat beberapa pohon tinggi pada satu kawasan konservasi toh tak seberapa banyak dan tak mampu menyerap air hujan dengan volume lebih banyak ke dalam tanah yang bisa diharapkan menjadi sumber air. Jakarta telah berubah wajah menjadi kota metropolitan yang super padat, dipenuhi kerimbunan gedung pencakar langit dengan kualitas udara yang super buruk dan lagi-lagi polusi udaranya bertengger di angka ketiga sebagai kota terpolusi di dunia setelah Dumai dan Beijing. 

 Kuarahkan driver untuk terus memasuki kawasan hutan itu. Terlihat beberapa pohon kopi warga sekitar hutan memenuhi areal hutan itu. Kawasan yang dahulu dipenuhi pohon besar sebagai kawasan resapan air tanah kini telah berganti menjadi kebun kopi yang dikelolah beberapa warga yang berdomisili tak jauh dari hutan ini. Aku mengajak driver itu menelusuri sumber mata air yang biasa kami jadikan rest area tatkala melakukan perjalanan dari desa menuju kota bahkan sebaliknya. Rest area hutan di Flores yang dulu sejuk ditemani gemercik air sungai yang mengalir, menenangkan jiwa, mengalir indah kini kharismanya tak seindah dulu. Lagu gemerciknya tak lagi bergaung mengalun indah seperti dulu saat usiaku masih remaja SMP. 

 Beberapa pohon besar dan tinggi tak lagi menghiasi wajah hutan ini. Aku menggelengkan kepalaku berulang. Betapa tidak, hutan yang dulu sejuk dengan udara yang dingin tak lagi terasa. Kalau toh masih terlihat pohon tinggi radiusnya cukup jauh dari jalan raya. Nyanyian dengan nada-nada indah burung Ngkiong yang dilengkapi perfom indah para monyet bergelantung kemudian membuat atraksi melompat antar pohon tak lagi bisa kami nikmati. 

 Andai saja konser para monyet dan burung Ngkiong sebagai spesies tetap hutan ๐ŸŒฒ⛳itu masih tersaji, kami kan betah berada di hutan itu menjadi penonton setia atraksi seni mereka. Tapi sayang saat itu kami hanya bisa menyaksikan atraksi bisu pohon-pohon yang tak lagi tinggi, kesunyian hutan yang tak lagi berirama, menonton atraksi air mengalir yang tak lagi menampilkan gemercik dalam nada indah, tak lagi menjadi pelepas dahaga yang sejuk. 

 Jangan heran kalau debit air berkurang dan tak mampu lagi mengairi sawah-sawah parah petani, tak lagi bisa menyiram kesejukan pada petani tanaman hortikultura, tak lagi mencukupi kebutuhan air minum para penduduk, tak lagi memenuhi kolam ikan para pembudidaya ikan air tawar. Banjir dan longsor di musim hujanpun mengalir seenak judelnya meluluhlantahkan pertahanan penduduk, merusak lingkungan hidup, merusak tanaman pertanian, merusak, menjungkirbalikkan rumah penduduk kemudian mengalirkan material rumah bersama bebatuan pada semua tujuan tanpa kenal batas ambang dan lagi-lagi manusia yang menjadi pelaku perusak hutan menjadi korban keganasan angkara murka sang penguasa hutan. 

Hutan dan manusia memiliki hubungan simbiotik yang harusnya tetap terjaga. Hutan ibarat rumah lestari yang dikuasai pemiliknya. Dia pun tak ingin kalau istananya dirusaki tangan-tangan jahil menebang sesuka hati tanpa berupaya menanam kembali. Penguasa hutan tentu saja akan menebarkan angkara murka jika Putrinya Molas Poco ( pohon tinggi dan berdiameter besar) ditebang, digotong tanpa seiijinnya. Demikian pesan indah sang pemilik hutan yang menembus sukma kami. 

 Harapan kamipun pupus dan memutuskan kembali pulang mengayunkan langkah, membawa pulang asa yang tak berujung kembali pada mobil ๐Ÿš˜๐Ÿš—yang terparkir di pinggir jalan kemudian menarik pegas, meluncur dalam kecepatan tinggi menuju kota tempat tinggal kami.

 Janganlah menghukum alam, jika dirimu tak mau dihukum ๐ŸŒฟ๐Ÿƒalam. Ayooo kita kembali menanam pohon ๐ŸŒณ๐ŸŒฒ๐ŸŒด agar bumi ๐ŸŒŽ๐ŸŒdan hutan kita kembali lestari, mengurangi menipisnya lapisan ozon yang kini kian parah memanasi bumi dengan suhu udara ☁yang super ☝๐Ÿ“ˆtinggi dan menghancurkan kehidupan penghuni bumi. # If you cut a tree, you kill a life # Plant a tree, so the next generation can get a free fresh air # Don't make trees rare, keep them with care # Trees On, global warning Gone # Take care the trees, they will take care to you 

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...