Jumat, 03 Juni 2022

Perjalanan Panjang Itupun Berakhir Di Ibukota

Perjalanan Panjang Itupun Berakhir di Ibu Kota 

 Catatan perjalanan Rengkampong Ani Paga 


 Jarum jam menunjukkan angka 8 am waktu Flores saat aku bersama pasukan keponakan mengantar aku menuju Komodo Airport di ujung barat pulau Flores. Aku kemudian didrop pada bandara termegah di Flores itu. Kondisi pandemi covid 19 yang telah berlalu membuat arus wisatawan kembali mengalir pada kota Labuan Bajo sebagai kota wisata premium di era milenial. Wisatawan mancanegarapun terlihat kembali mencicipi kemolekan pariwisata di pulau yang menyimpan sejuta keindahan alam dan budaya itu. Apalagi kalau bukan komodo sebagai trade mark industri pariwisatanya didukung keindahan alam serta budaya Flores yang membius para wisatawan dari belahan dunia.

 Kehidupan pariwisata kembali menggeliat di pulau Flores yang berbatasan langsung dengan provinsi Nusa Tenggara Barat itu. Aku sendiri sempat menyambangi beberapa obyek wisata di pulau tercantik itu. Keindahan alamnya wow bikin betah dan nggak ingin balik ke markas di ibukota. 

 Saat itu  mengambil Labuan Bajo sebagai starting point ✈penerbanganku. Usai didrop keponakan aku memburu counter check in salah satu maskapai yang akan kutumpangi menuju ibukota Jakarta. Proses check in-pun berjalan lancar dan aku kembali menemui keponakanku yang menunggu di luar sana. Kekwatiran akan pelayanan buruk maskapai ini sempat terlintas dalam benakku. 

Tahun 2015 lalu menjadi moment terakhir aku menggunakan maskapai itu dan kini nggak ada salahnya jika aku mencoba kembali. Kali ini servicenya mematahkan dugaanku. Dia hadir on time menjemput para penumpang. Dalam boarding pass tertera kota pahlawan Surabaya menjadi transit penerbangan kami. Lunch box yang aku beli pada salah satu kantin di bandara Labuan Bajo berisi nasi ikan goreng plus lalapan kulahap habis. Beruntung aku sengaja membeli makanan itu. 

Kebiasaan maskapai itu tidak menyediakan makanan berat telah terekam jelas dalam benakku. Seorang pramugari cantik sempat melirik aksi makanku. Akupun melempar senyum manis padanya menyambut sapaan senyumnya. Entah mengapa, di tengah penerbangan terdengar pengumuman pulau Dewata Bali menjadi lokasi transit. Tak apalah toh aku bisa jalan-jalan manis di pulau bermayoritas agama Hindu dan terkenal dengan keindahan alam dan budayanya itu. Kamipun berhasil landing di bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. 

 Di bandara itu para penumpang sempat tertahan di dalam cabin. Kipas-kipaspun terlihat sempat menjadi atraksi dalam cabin. Suhu udaranya cuy bikin resah gelisah dan pada akhirnya pihak ground staff dari passenger handling di darat mengijinkan penumpang meninggalkan body pesawat itu kemudian dijemput shuttle bus menuju gedung terminal dan check in pada penerbangan berikutnya.

 Penerbangan menuju kota pahlawan sempat tertunda.beberapa penumpangpun melempar beberapa pertanyaan pada petugasnya. Lalulintas yang padat di bandara Juanda menjadi alasan pendingnya penerbangan kami. Anehnya, di tengah penantian kami kembali mengajukan pertanyaan seputar penundaan. Beberapa wisatawan asing asal Eropah dan Indiapun ikut gelisah. Lagi-lagi jawaban "runway rusak di bandara Juanda" menjadi alasan penerbangan kami tertunda. Okay-lah kalau begitu. Setelah menunggu ria kamipun berhasil diterbangkan menuju bandara di Sidoarjo Jawa Timur itu. 

 Lagi-lagi kami dijemput shuttle bus menuju gedung terminal bandara dan menembus pemeriksaan ketat X-Ray di gedung terminal bandara internasional itu. Dalam boarding pass tertera take off pada pukul 17.10 waktu setempat. Akupun menyempatkan diri memesan dinner menu seporsi nasi capcay pada Restaurant Bakmi yang tak jauh dari waiting room. Hingga waktu take off yang tertera dalam boarding pass pemberitahuan boarding timepun belum terdengar. 

Terlihat guratan resah gelisah terlukis di wajah beberapa penumpang. Bisik-bisik tetanggapun mulai terdengar. "Jangan-jangan lelet lagi jadwal penerbangan" demikian seorang penumpang berceloteh sembari melirik pada bagian informasi si maskapai. Petugas tak tampakkan diri pada counter itu. Beberapa penumpang menuju Balipun mengalami hal yang sama. Keberangkatannya menuju Bali tertunda. Iya deh sing sabar aja menunggu. Nasi capcayku yang terbungkus rapih tak kusentuh. Aku kwatir jika sementara makan berlangsung secara mendadak disuruh boarding. Aku mengisi baterai androidku hingga full. Benar saja penerbangan kami tertunda dua jam dari jadwal yang tertera dalam boarding pass. 

Saat take off aku menikmati penerbangan kendati rasa kesal berkecamuk di dalam dada. Yang penting sampai tujuan cuy. Nasi capcay kuembat dan disikat habis kemudian meluncur bebas menembus isi perutku. Aku kemudian berlarut dalam tidur dan mimpi indah bakal sampai dengan selamat di Jakarta. Angka 8 pm lebih kami berhasil landing di bandara Aerotropolis Soekarno Hatta Cengkareng itu. Menunggu barang bagasi tak begitu lama. Aku melangkah mencari taksi papan atas yang membawaku ke markasku. Terima kasih sang maskapai yang mengajarkan kami kesabaran panjang dalam touring sehari kendati sejatinya jika direct flight hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam penerbangan. 

 Oh la la Menguji kesabaran melewati ngomel-ngomel manja penumpang itupun menjadi indah pada saatnya. Happy monday

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...