Jumat, 03 Juni 2022

Dari Papua Satu Tungku Tiga Batu Untuk Dunia

Dari Papua ; Satu Tungku Tiga Batu Untuk Dunia 

 By : Ani Paga 

 Papua negeri yang jauh di ufuk Timur Indonesia ternyata bukanlah negeri kaleng-kaleng. Betapa tidak, selain budayanya yang menarik dengan bakar batu, busana traditional yang dirajut dari tumbuhan, tas noken yang juga berbahan yang sama, bumi cendrawasih ini menyimpan potensi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. 

Sayapun bersyukur diundang lembaga terkait dan mendapat kesempatan mengikuti festival traveling bumi: Satu Tungku Tiga Batu sebagai simbol toleransi beragama di sisi barat tepi pantai Papua. Islam, Kristen, katolik menjadi tiga besar agama yang dianut penduduknya. Tentu saja agama Hindu, Buddha dan Konghucu juga hadir di sini. Negeri ini layak menjadi miniatur toleransi beragama, suku di Papua bahkan di dunia. Dari Papua untuk dunia. 



 Tiga hari mengikuti traveling festival di negeri penghasil pala ini membuat saya excited pada keindahan alam, budaya serta wisata baharinya. Pantai, keindahan taman lautnya mampu membuat mataku enggan terpejam menikmati keindahannya. Air laut yang biru, jernih dan bening, ditemani pasir putih yang terbentang luas tepat di depan barisan cemara-cemara mini cantik menambah kekagumanku pada negeri yang memiliki pulau-pulau kecil sangat cantik.


 Adalah kepiting asap menjadi makanan buruanku. Terasa enak disantap, membuat lidahku kembali mencap-mencap bergoyang lincah sembari menikmati music pop reggae Papua. Jangan anggap enteng dengan orang Papua. Vocal mereka terbilang nggak kalah merdunya dengan penyanyi-penyanyi kelas internasional. Rambut boleh keriting, kulit boleh hitam tapi soal uji kemampuan dalam dunia tarik suara, orang Papua jagonya. 

Akulah Papua menjadi tembang manis yang melejit persembahan putra asli Papua Edo Kondologit. 

 Jepangpun yang pernah menjajah Indonesia juga meninggalkan jejaknya di negeri penghasil pala itu. Tak tanggung-tanggung gua sepanjang 138 meter ikut menjadi catatan sejarah dan wisata yang menarik. Pemerintah daerahnyapun berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, mengedepankan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, pelestarian budaya pada pada daerah konservasi teluk Beraunya yang mempesona.


 Lebih terincinya nanti akan diulas pada session berikutnnya ya guysss. Yang ini aja dulu. Cabut ah. Hehehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cear Cumpe; Narasi Syukuran Kelahiran Anak Dalam Budaya Manggarai

Catatan pojok budaya Ani Paga Jarum jam menunjukkan angka 9 am. Pemimpin upacara adat menyambut hadirin dengan menyodorkan sebo...